Sikka: Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Sastriawan, mengaku saat ini kondisi Kabupaten Sikka dalam status waspada rabies.
 
Kasus  gigitan anjing sudah tersebar di 21 kecamatan se-Kabupaten Sikka. Namun ungkap Jemi, saat ini kondisi VAR untuk hewan penular rabies di Sikka dalam kondisi kosong. 
 
“Vaksin untuk hewan penular rabies saat ini di Kabupaten Sikka lagi kosong sehingga menjadi kendala kita untuk pemberian vaksin hewan peliharaan warga,” ujarnya, Rabu, 6 Juli 2022.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Saat ini, pihaknya telah mengajukan VAR untuk hewan penular rabies ke Pemerintah Provinsi NTT. Ia juga mengusulkan vaksin anti rabies ke pemerintah pusat.
 
“Kalau saat ini populasi anjing di Kabupaten Sikka ini mencapai 60.000 ribu. Sementara stok VAR kosong. Kita sudah ajukan 34.000 VAR ke provinsi agar bisa melakukan vaksin anjing. Kita juga telah menyurati ke pemerintah pusat agar bisa dikirimkan vaksin untuk hewan penular rabies,” terangnya.
 
Baca juga: 1 Korban Gigitan Anjing Rabies di Buleleng Meninggal
 
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengirimkan vaksin anti-rabies (VAR) pada manusia di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Bantuan VAR diserahkan langsung pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.
 
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus mengatakan stok vaksin anti-rabies (VAR) pada manusia mulai menipis di setiap Puskesmas di wilayah Kabupaten Sikka. 
 
Data korban gigitan anjing di Kabupaten Sikka terbilang meningkat. Untuk itu, ungkap dia, pihaknya langsung bergerak cepat mengajukan permohonan VAR ke Kemenkes dan hari ini diterima 3.000 vial VAR. 
 
“Jadi kita dapat bantuan sekitar 3.000 vial VAR dari Kemenkes. Kita akan distribusikan ke seluruh Puskesmas, terutama kecamatan-kecamatan dengan kasus gigitan anjingnya tinggi. VAR ini nantinya digunakan bagi korban gigitan hewan penular rabies (HPR),” kata Petrus Herlemus, Rabu, 6 Juli 2022.
 
Terkait korban gigitan hewan penular rabies di Kabupaten Sikka, disebutkan Herlemus, hingga Juni 2022 dilaporkan ada 465 kasus. Kasus terbanyak ada di wilayah kerja Puskesmas Waipare dengan 87 kasus dan selanjutnya di wilayah kerja Puskesmas Beru dengan 78 kasus gigitan. 
 
“Kasus gigitan hewan penular rabies terbilang tinggi. Prinsipnya kita harus waspada. Jadi bagi warga yang digigit anjing segera langsung ke Puskesmas terdekat agar bisa diberikan 4 vial VAR yakni hari pertama dua vial, hari ke tujuh satu vial, dan hari ke dua puluh satu, diberikan satu vial lagi,” ujar dia.
 
Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar bila tergigit hewan penular rabies segera melakukan tindakan pertama dengan mencuci luka gigitan dengan sabun deterjen pada air yang mengalir dan selanjutnya membawa korban gigitan ke Puskesmas terdekat.

 

(MEL)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.