Jakarta: Kementerian Agama (Kemenag) menjelaskan jemaah haji Indonesia yang mengalami gejala atau positif covid-19 di Tanah Suci tak bisa langsung dipulangkan ke Tanah Air. Mereka perlu melakukan isolasi dan dipindahkan ke kelompok terbang (kloter) pemulangan berikutnya.
 
“Untuk treatment tergantung ringan, sedang, atau berat. Namun biasanya akan dipindahkan ke kloter berikutnya supaya jemaah bisa dilakukan treatment kesehatan terlebih dahulu,” kata pelaksana harian Dirjen Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag Susari dalam diskusi daring ‘Prokes Kepulangan Jemaah Haji’ yang digelar FMB9, Senin, 11 Juli 2022.
 
Ia mengatakan posko medis Indonesia sudah disiapkan di Arab Saudi. Pendampingan kesehatan dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mulai berangkat hingga pulang ke rumah. Sehingga, para jemaah akan dilakukan pemantauan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Bahkan di embarkasi pun akan ada yang periksa jadi biasanya dilakukan treatment dulu,” ujarnya.
 
Mekanisme pembiayaan kepulangan jemaah yang positif covid-19 sudah diatur oleh tim Badan Pengelola Ibadah Haji (BPIH) Kemenag. Skema kepulangan jemaah haji Indonesia akan dibagi menjadi dua gelombang.
 
Gelombang pertama, akan pulang ke Tanah Air melalui Jeddah Arab Saudi pada 15-30 Juli. Gelombang kedua, terbang dari Madinah pada 1-15 Agustus 2022.

Saat ini jemaah haji sedang menjalani prosesi haji tahap akhir di Mina untuk melakukan Jamarat atau lebih dikenal lempar jumrah. Menurut Susari, tingkat mortalitas di Arab Saudi tidak terlalu tinggi karena kuota jemaah yang melakukan haji pun hanya 50 persen.
 
Kasubbid Dukungan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K Ginting mengatakan kepulangan jemaah haji harus dilihat secara utuh. Sebab, banyak jemaah haji yang berusia lanjut, maka perlu dilakukan monitoring oleh rumah sakit.
 
“Karena virus kali ini berbeda tentu yang menjadi perhatian adalah diwaspadai penularan yang lebih banyak dengan gejala yang lebih ringan sehingga kita harus khawatirkan,” ungkap Alexander.
 
Ketika jemaah sudah sampai rumah masing-masing, dinas kesehatan setempat juga harus melakukan monitoring dan kemudian juga surveillance. Lalu, kata dia, tim pelacakan kontak tetap melakukan pengawasan terhadap jemaah yang bergejala, melakukan kontak erat, atau sudah dipastikan isolasi.
 
“Diimbau kepada keluarga juga aktif dalam menggunakan aplikasi PeduLindungi untuk melihat penyebaran, distribusi sekitar. Jemaah haji dan keluarga yang menjemput tidak perlu cemas dan tetap menjalankan tata kelola prokes,” ungkap Alexander.
 

(AGA)


Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.