Jakarta: Stunting masih menjadi salah satu permasalahan yang menghalangi potensi optimal anak-anak sebagai penerus generasi Bangsa Indonesia. Tiga dari 10 anak Indonesia diperkirakan mengalami stunting pada 2021.

Meskipun hasil survey status gizi menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, jumlah anak stunting sangat bervariasi antar daerah dan masih dikategorikan sebagai masalah kesehatan masyarakat berat. Menurut ambang batas WHO, yaitu 20%.

Untuk itu, berbagai strategi nasional telah ditetapkan pemerintah sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Peraturan Presiden No 72 tentang Percepatan Penurunan Stunting dengan target penurunan hingga 14% pada 2024. Upaya dari berbagai pihak, termasuk penyusunan materi edukasi, penting dilakukan untuk mempersiapkan Generasi Emas Indonesia pada 2045.

Dr. Siti Helmyati, DCN., M.Kes., Ketua Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (PKGM, FK-KMK, UGM) mengatakan, keluarga dan komunitas memiliki peran penting dalam mendukung pencegahan serta penanganan stunting di Indonesia.

“Kami menilai bahwa perlu adanya upaya untuk mendukung Kader Posyandu dan tim pendamping keluarga agar dapat melakukan edukasi gizi di level keluarga dan masyarakat, dengan dibekali media edukasi yang berisi informasi-informasi penting dan tepat terkait dengan pencegahan stunting serta informasi yang aplikatif khususnya terkait pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak,” ujar Dr. Siti saat peluncuran Buku Seri Cegah Stunting.

Salah satu kunci dalam upaya mengatasi stunting umumnya adalah pemahaman yang cukup terkait perkembangan anak oleh orang tua, hingga pentingnya deteksi dini yang dilakukan oleh Kader Posyandu sebagai pendamping masyarakat.

“Untuk itu kami menyusun ‘Buku Seri Cegah Stunting’ yang terdiri atas 4 seri yaitu Pengenalan untuk Keluarga dan Komunitas; Gizi untuk Ibu Hamil dan Menyusui; Menu Lokal untuk Anak Usia 6-11 Bulan; dan Menu Lokal untuk Anak Usia 1-5 Tahun,” kata Dr. Siti.

Keempat seri buku ini juga dapat mudah dipahami, di mana bukan hanya memberi pemahaman tentang stunting dan dampaknya terhadap kesehatan masa depan anak, namun juga berisi tentang peran penting nutrisi serta menu makanan sehat dan seimbang dengan resep berbasis makanan lokal untuk anak pada periode 1000HPK.

“Buku ini juga dilengkapi dengan lembar interaktif yang bersifat dua arah, sehingga akan lebih mudah diserap dan dimengerti oleh pembaca,” kata Dr. Siti.
(FIR)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.