Peringatan itu datang hanya beberapa bulan setelah IMF memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya untuk 2022 dan 2023. Perang Ukraina melanda ketika dunia sedang berjuang untuk pulih dari dampak berkelanjutan pandemi covid-19.
Hal tersebut menyebabkan percepatan inflasi yang membahayakan keuntungan dalam dua tahun terakhir. Pemberi pinjaman krisis internasional itu memproyeksikan penurunan lebih lanjut ke pertumbuhan global pada 2022 dan 2023.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ini ditulis Kristalina Georgieva dalam posting blog yang diterbitkan menjelang pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 pada Jumat, 15 Juli 2022 dan Sabtu, 16 Juli 2022 di Bali.
“Ini akan menjadi 2022 yang sulit dan mungkin 2023 yang lebih sulit dengan peningkatan risiko resesi,” tulisnya, dilansir Mediaindonesia.com, Kamis, 14 Juli 2022.
IMF akan merilis Outlook Ekonomi Dunia yang diperbarui akhir bulan ini, menurut Georgieva, akan lebih menurunkan perkiraan pertumbuhan global dari perkiraan April sebesar 3,6 persen.
“Kami memperingatkan ini bisa menjadi lebih buruk mengingat potensi risiko penurunan. Sejak itu, beberapa dari risiko itu telah terwujud dan berbagai krisis yang dihadapi dunia semakin meningkat,” katanya.
Prospeknya tetap sangat tidak pasti. Georgieva memperingatkan yang termiskin akan terkena dampak paling parah. Risiko ketidakstabilan sosial juga meningkat akibat kenaikan harga pangan dan energi.
Setelah satu dekade inflasi rendah, harga di seluruh dunia melonjak di tengah kuatnya permintaan barang yang melampaui pasokan karena ekonomi mulai kembali normal. Namun invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari dan sanksi yang dijatuhkan kepada Moskow mendorong harga bahan bakar dan makanan naik tajam.
Bertindak sekarang
Namun Georgieva mengatakan memerangi lonjakan harga sangat penting, meskipun ada risiko resesi. “Bertindak sekarang akan lebih menyakitkan daripada bertindak nanti.”
Mengimbangi dampak perang dan pandemi menjadi prioritas utama. Ini, katanya, hanya dapat diatasi melalui bantuan keuangan multilateral dan keringanan utang. “Mengurangi utang merupakan kebutuhan mendesak. Ini terutama di negara maju dan berkembang dengan kewajiban dalam mata uang asing (FX) yang lebih rentan terhadap pengetatan kondisi keuangan global.”
Georgieva menekankan prioritas utama yaitu menurunkan inflasi, termasuk melalui pemotongan belanja pemerintah yang akan membantu upaya bank sentral. Dia meminta G20 meningkatkan aksi internasional terkoordinasi, termasuk negara-negara kaya yang memberikan bantuan penting kepada yang lebih miskin.
Georgieva memperingatkan sebagian besar ekonomi dunia benar-benar tertutup dari pasar global karena tekanan keuangan dan tidak memiliki jaring pengaman pasar domestik yang besar. “Mereka menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil langkah berani untuk mendukung rakyat mereka. Ini seruan yang perlu kita perhatikan.”
(AHL)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.