Jakarta: UniPin Community (UNITY) kembali menyelenggarakan webinar dengan tajuk “Harumkan Nama Bangsa Lewat Esports”. Webinar UNITY yang dilakukan secara daring ini membahas cara untuk berprestasi dan mengharumkan nama bangsa di ranah esports.
 
Tema webinar yang dibawakan bertujuan untuk menginspirasi serta meningkatkan rasa nasionalisme penonton untuk turut serta mengharumkan nama bangsa, khususnya melalui bidang esports.
 

Hadir sebagai narasumber yaitu Muslih “Bang Fayad” Rachman, Head Coach Timnas Free Fire SEA Games & Super Coach Garudaku Academy, dan Richard Permana sebagai CEO NXL & Head Coach Timnas Esports Indonesia SEA Games. Keduanya berbagi pandangan mengenai esports sesuai dengan ranah profesi dan lingkup komunitas mereka.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sebagai CEO NXL dan Head Coach Timnas SEA Games, Richard menganalogikan perjuangan mengharumkan nama bangsa yang dahulu dilakukan dengan berperang, saat ini dapat dilakukan melalui esports.
 
“Para atlet esports dapat mengharumkan nama bangsa dengan cara berlomba dalam ajang internasional. Contohnya saat SEA Games kemarin, ketika memenangkan pertandingan, maka kita akan mencatat prestasi yang tidak akan hilang dan diingat secara abadi,” ujarnya.
 
Bang Fayad, Head Coach Timnas Free Fire SEA Games yang baru saja membawa pulang medali emas dari Vietnam menyebutkan membangkitkan nasionalisme dapat dilakukan dengan melihat prestasi atlet yang telah lebih dulu berhasil mengharumkan nama bangsa.
 
“Intinya perlu diingat bahwa tidak pernah ada yang sia-sia, terutama ketika kita berjuang untuk kepentingan negara. Dukungan pasti akan selalu datang, bahkan dari orang-orang yang tidak paham tentang game.”
 
Lebih jauh, Bang Fayad menjabarkan perbedaan atlet luar dengan atlet Indonesia. Menurutnya, atlet Thailand unggul di Asia Tenggara karena attitude mereka.
 
“Hampir semua negara Asia Tenggara cukup sulit mengungguli Thailand. Sejak masih kecil, mereka telah terbiasa dengan sikap disiplin. Oleh karena itu, Indonesia dengan budaya dan kebiasaannya tersendiri, misalnya gotong royong, sistemnya harus dibentuk sendiri agar dapat sukses mengungguli negara lain.”
 
Menanggapi hal yang sama, Richard optimistis Indonesia dapat terus berprestasi di tingkatan internasional.
 
“Meski belum bisa mengungguli negara lain di pertandingan tertentu, kita perlu lihat faktor penyebab kekalahannya, apakah karena faktor luck, kekalahan tipis, atau kekalahan yang jauh.”
 
“Namun, terlepas dari itu, saya tetap percaya Indonesia memang ‘jago-jago’ dalam mengikuti kompetisi hingga bisa juara di tingkat internasional. Selanjutnya, yang perlu kita persiapkan adalah ekosistem dan lingkungannya,” tutupnya.
 

(MMI)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.