Jakarta: Perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan bertumbuh dan melaju dengan kuat di dua kuartal terakhir tahun ini. Keyakinan itu didorong oleh berbagai indikator ekonomi yang mengindikasikan penguatan.
 
“Kementerian Keuangan memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi 2022 akan berada pada kisaran 5,1 persen hingga 5,4 persen,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Rahayu Puspasari dikutip dari siaran pers, Sabtu, 6 Agustus 2022.
 
Salah satu indikator yang diyakini akan mengiringi pertumbuhan ekonomi ialah Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang terus berada di zona ekspansi. Dalam 11 bulan terakhir, posisi PMI manufaktur Indonesia berada di atas angka 50. Bahkan pada Juli 2022 posisinya berada di level 51,3, menguat dari bulan sebelumnya yang di angka 50,2.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ekspansi sektor manufaktur dan perdagangan terus stabil, sejalan dengan perbaikan kapasitas produksi dan permintaan dalam negeri. Pada kuartal II, sektor manufaktur dan sektor perdagangan masing-masing tumbuh 4,0 persen dan 4,4 persen (yoy).
 
Indikasi itu juga diperkuat dengan kapasitas produksi manufaktur yang terus mendekati level prapandemi di mana pada kuartal II-2022 berada di angka 72,91 dan rata-rata kuartalan periode 2015-2019 di angka 73,75.
 
Selaras dengan sektor manufaktur, sektor perdagangan juga tumbuh stabil. Mobilitas dan konsumsi masyarakat yang meningkat tinggi pada momen Lebaran menopang kuatnya sektor perdagangan. “Keberlanjutan pemulihan dua sektor utama penopang pertumbuhan ini juga tercermin dari kinerja penerimaan perpajakan masing-masing sektor yang rata-rata tumbuh 56,3 persen dan 78,4 persen (yoy) pada kuartal II,” kata Rahayu.
 
Sektor konstruksi tumbuh sebesar 1,0 persen (yoy) pada kuartal II-2022. Aktivitas konstruksi masih didukung pertumbuhan kredit konstruksi yang tumbuh positif dalam beberapa bulan terakhir. Percepatan pembangunan proyek strategis pemerintah dan pemulihan aktivitas pembangunan oleh swasta diharapkan mampu terus menjadi pendorong kinerja sektor konstruksi ke depan.
 
Selain itu, tingkat konsumsi masyarakat juga menunjukkan tren peningkatan yang stabil. Pada Juli 2022, tingkat konsumsi masyarakat mengalami pertumbuhan 5,51 persen (yoy) dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 51,47 persen.
 
Stabilitas pertumbuhan konsumsi dinilai tidak terlepas dari peran APBN yang dioptimalkan untuk menyerap tingginya tekanan inflasi global. Tingkat inflasi nasional memang dalam tren yang meningkat, terutama dalam dua bulan terakhir.
 
Meskipun demikian, tingkat inflasi Indonesia masih relatif terkendali jika dibandingkan dengan negara lain, seperti AS, UK, Eropa, Singapura, Thailand, dan Filipina yang inflasinya melonjak hingga masing-masing sebesar 9,1 persen; 9,4 persen; 8,6 persen; 6,7 persen; 7,7 persen; dan 6,1 persen pada periode yang sama, yakni pada Juni-2022.
 
Inflasi yang cenderung moderat juga tercermin dari perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan tingkat kenaikan harga produsen yang mencapai 11,8 persen pada kuartal II-2022. Ke depan, kata Rahayu, dinamika global masih akan menjadi tantangan utama bagi stabilitas harga domestik.
 
“Peran APBN dalam menjaga momentum pemulihan akan terus dimaksimalkan, terutama dalam melindungi daya beli masyarakat berpendapatan rendah,” jelasnya.
 

 
Laju konsolidasi fiskal turut disebut masih berada di jalur yang tepat dan tidak mengganggu laju pemulihan ekonomi. Kendati konsumsi pemerintah kembali mengalami kontraksi di kuartal II sebesar minus 5,2 persen, itu lebih disebabkan karena terkendalinya pandemi.
 
Akibatnya, belanja di bidang kesehatan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu, terdapat pula pergeseran waktu pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji ke-13 kepada ASN juga berdampak pada laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal II.
 
Di 2021, THR dan gaji ke-13 dibayarkan pada April dan Juni. Namun di 2022, THR diberikan di April, sementara gaji ke-13 dibayarkan pada Juli, sehingga memberikan base-effect pada pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal II.
 
Kendati dinilai cukup menjanjikan, pemerintah, kata Rahayu, memastikan akan terus mewaspadai dinamika global, baik dari sisi perekonomian maupun geopolitik. Terlebih pandemi covid-19 belum berakhir dan masih mengancam sejumlah negara.
 
“Konsistensi momentum pemulihan ekonomi di tahun 2022 merupakan kunci bagi perekonomian untuk melaju lebih tinggi di jangka menengah,” terang dia.
 

(HUS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.