Jakarta: Hari Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan peringatan penting bagi Indonesia. Sebab, Indonesia dapat mendeklarasikan kemerdekaan setelah melakukan perjuangan panjang.
 
Dosen luar biasa Pembelajaran Dasar Bersama (PDB) Universitas Airlangga (Unair) Mulyadi J Amalaik memaknai Proklamasi Kemerdekaan RI sebagai momen penyucian diri dan momen untuk lebih mengenal diri. Sebagai warga negara, Mulyadi mendapatkan banyak hak dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) dari negara.
 
“Namun, kontribusi sebagai warga negara tentulah bukan semata dalam bentuk ketaatan atau loyalitas, melainkan juga melalui karya kreatif dan kritik dengan akal sehat,” kata Mulyadi dikutip dari laman unair.ac.id, Rabu, 17 Agustus 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Mulyadi mengaku pada momen kemerdekaan melakukan refleksi diri dan penyucian diri. Refleksi berupa pertanyaan ke diri sendiri.
 
Seperti, apakah sebagai warga negara sudah menghasilkan karya-karya besar untuk Indonesia yang membangun integrasi nasional dan resolusi konflik? Bukan justru menghasilkan karya yang memicu chauvinisme (egoisme kedaerahan), nasionalisme eksklusif, atau politik parsial yang kultus individual.
 
“Karya-karya tersebut justru akan berpotensi memecah-belah persatuan Indonesia. Itulah kritik-otokritik sebagai warga negara,” tutur dia.
 
Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan Unair itu berharap pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia pemerintah dapat memproduksi model-model kebijakan yang berbasis resolusi konflik.
 
“Bukan justru memproduksi kebijakan reaksioner yang bersifat memerangi apa yang disebut radikalisme, intoleran, egoisme kedaerahan, politik identitas, dan perilaku korupsi pejabat negara atau ASN,” ucap dia.
 
Mulyadi juga berharap pemerintah dan masyarakat Indonesia bisa lebih rajin menonton dan memproduksi film-film bergenre nasionalisme Indonesia. Sehingga, masyarakat bisa mengonsumsi karya-karya seni, seperti sastra, rupa, musik, teater, tari, desain, kerajinan, kuliner, dan lain sebagainya.
 
“Baik yang hasilnya berbentuk kreasi tradisional maupun modern yang dilakukan oleh anak bangsa Indonesia, sekaligus memuliakan para senimannya,” tutur dia.
 

 

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.