Intan dan suaminya Muhammad Nadzir Alimudin merupakan nasabah BRI KCP Godean, Kantor Cabang BRI Yogyakarta Cik Ditiro. Melalui usaha Dawet Kemayu, mereka telah memiliki lebih dari 200 outlet di lebih dari 30 kota di Pulau Jawa dengan omzet menembus Rp1 miliar per bulan selama masa pandemi covid-19.
Tidak mudah memang, perjalanan jatuh bangun telah Intan dan suami jalani selama mengembangkan usahanya. Usaha kuliner sebelumnya yaitu ayam geprek yang menjadi tren pada masanya. Intan memanfaatkan pinjaman dari BRI untuk mengembangkan usaha ayam geprek hingga berjalan lebih dari 7 tahun hingga berkembang dengan 8 cabang dan 24 outlet waralaba. Namun dunia berkata lain, euforia ayam geprek mulai turun hingga akhirnya pada tahun 2019 Intan dan suaminya terpaksa menutup beberapa cabang outlet miliknya karena pendapatan tidak mampu lagi menanggung biaya operasional sewa dan gaji karyawan. Namun dia juga tidak pernah tega jika harus merumahkan karyawannya saat itu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Di tengah keterpurukan usahanya, Intan seperti menemukan sebuah jalan hidup lain saat menemukan inspirasi dari minuman segelas dawet ireng khas Purworejo. Ide muncul untuk membuat dawet menjadi lebih modern dan bersaing dengan minuman kekinian lain yang sedang terkenal seperti Boba dan Thai Tea.
Setelah konsultasi dengan BRI, Intan berpendapat diperlukan sebuah inovasi dan kreativitas untuk membawa dawet naik kelas. Tak main-main, Intan serius dan memberanikan diri membuka outlet dengan merk Dawet Kemayu pertamanya di Yogyakarta pada awal Maret 2020.
Sebuah langkah inovasi Intan dilakukan, dawet yang biasa berbahan baku santan, diganti dengan menggunakan fiber creme. Krim nabati yang jauh lebih sehat jika dibandingkan santan yang mengandung banyak lemak dan karbohidrat. Namun dari segi rasa, fiber creme tidak kalah gurih dan nikmat dibanding santan.
Cendol dari Dawet Kemayu pun beda dibandingkan cendol biasanya, cendol sangat kenyal, nikmat seperti boba hingga penikmat Dawet Kemayu bisa merasakan sensasi boba dalam dawet. Gula yang digunakan pun unik, kombinasi gula jawa dan gula aren menambah manisnya Dawet Kemayu pas bagi penikmat. Packaging Dawet Kemayu juga terbilang tidak biasa, selain dalam bentuk plastic cup, bottle pack, dan thinwall pack, tersedia pula kemasan hampers yang cukup untuk keluarga yang dapat digunakan untuk oleh-oleh khas dari kota Yogyakarta atau hampers hari raya.
Seperti tak ada habisnya tantangan bagi Intan, kurang dari dua minggu sejak Intan membuka outlet pertamanya, pemerintah mengumumkan kasus covid-19 pertama di Indonesia dan disusul kebijakan PSBB yang sangat menghancurkan harapan Dawet Kemayu. Namun mental Intan yang sudah teruji dari kegagalan sebelumnya tak mau menyerah begitu saja.
Melalui fasilitas program KMK Tangguh dari BRI, Intan justru membuka 10 outlet miliknya di kota Yogyakarta di kala pandemi, yang kebanyakan di pusat perbelanjaan. Intan semakin serius mengelola brand Dawet Kemayu dengan merekrut profesional untuk mengelola media sosial dan digital marketing. Melalui instagram @dawetkemayu.official yang dikelola dengan sangat profesional, membuka jalan Dawet Kemayu lebih dikenal dan melebarkan sayap ke seluruh penjuru pulau Jawa.
Dari hasil diskusi dan konsultasi dengan BRI, waralaba dipilih Intan untuk mengembangkan usahanya. Berbagai paket kerja sama ditawarkan bagi calon pewaralaba. Mulai dari paket Virtual Kitchen dengan modal Rp3,9 juta sudah dapat menjadi bagian dari Dawet Kemayu. Pilihan lainnya adalah paket Juragan Rp7,9 juta, paket Bossman Rp11,9 juta, dan paket Sultan Rp14,9 juta. Semuanya sudah termasuk bahan baku, peralatan dan booth yang masing-masing berbeda sesuai paket waralaba. Selanjutnya pewaralaba diwajibkan untuk menggunakan bahan baku yang disediakan oleh dapur pusat Dawet Kemayu di Yogyakarta. Bagi semua outlet waralaba Dawet Kemayu juga diberikan hak eksklusif untuk menggunakan media marketing dari @dawetkemayu.official sehingga pemasaran lebih seragam dan masif.
Direktur Bisnis SME Amam Sukriyanto menyampaikan, BRI terus berkomitmen untuk mendukung pelaku UMKM dan bertekad untuk terus melakukan pendampingan kepada UMKM dengan tujuan UMKM bisa tumbuh secara sustainable.
Dari UMKM mikro, naik ke kecil, menjadi menengah, hingga menjadi pelaku usaha korporasi. “Untuk mendukung UMKM naik kelas dan sustain, program pemberdayaan harus terus dilakukan secara continue atau berkelanjutan,” ujar Amam.
Adapun journey pemberdayaan untuk mendukung bisnis UMKM yaitu, go modern melalui perbaikan kualitas produk, story behind product, packaging, branding, pengelolaan keuangan, manajemen pemasaran, dan pembukuan.
Kemudian dengan go digital, yakni digitalisasi dan automasi bisnis pemasaran, go online yakni perluasan pasar menggunakan e-commerce, serta go global melalui strategi menjangkau pasar internasional. Dalam hal ini, BRI menyediakan fasilitas business matching dengan international buyer sebagai sarana showcase untuk UMKM mendapatkan akses ke pasar global.
(ROS)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.