Jakarta: Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut keberadaan para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi benteng pertahanan ekonomi Indonesia di tengah krisis. Ia berkaca pada saat krisis ekonomi 1998, dan kini UMKM turut mendukung pemulihan pascapandemi covid-19.
 
“UMKM di Indonesia adalah sebuah bentuk pertahanan ekonomi nasional. Kenapa saya katakan demikian? Karena telah teruji, UMKM mampu menyelamatkan ekonomi nasional pada krisis 1998,” kata Bahlil dalam 4th Side Event G20, Stakeholders Consultation: SMEs Opportunity on Global Value Chain and Logistic Solution, dikutip Sabtu, 27 Agustus 2022.
 
Kala itu, Bahlil menyebut inflasi Indonesia mencapai 88 persen sehingga menyebabkan semua perusahaan pailit dan bahkan tidak mampu lagi menjalankan usahanya. Saat itu, hanya UMKM yang mampu bertahan dari krisis dan mampu mendukung ekonomi nasional.
 
Kemudian, pada awal pandemi di 2020, kondisi sulit kembali melanda Indonesia. Banyak perusahaan besar tidak bisa lagi mengoptimalkan usahanya.
 
“UMKM juga lah yang menyelamatkan ekonomi nasional Indonesia. Saya punya keyakinan, tidak hanya di Indonesia, kalau bicara keadilan ekonomi, maka hampir semua negara akan melakukan hal yang sama,” katanya.
 
Karena perannya yang penting itu, menurut Bahlil, sudah saatnya harus ada sinergi antara pengusaha besar dan UMKM untuk saling mendukung. “Tidak bisa lagi pengusaha besar berjalan sendiri tanpa melibatkan UMKM. Dalam pandangan saya, investasi yang sehat, investasi berkualitas itu apabila ada sinergitas, kolaborasi untuk sama-sama mengangkat,” ujarnya.
 

 
Bahlil menuturkan pihaknya telah membuat kebijakan untuk mendorong agar ada kolaborasi antara pengusaha besar dan pengusaha kecil. Ia menyebut selama ini belum ada aturan mengenai hal tersebut, dan ia mengadopsinya dari negara-negara G20 lainnya yang telah menerapkannya seperti Jepang dan Korea Selatan.
 
“Sudah saatnya kita menjaga mereka (UMKM) dan bisa mendorong mereka untuk naik kelas,” imbuhnya.
 
Di sisi lain, Bahlil mengakui masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk bisa mewujudkan UMKM yang tangguh dan bisa menjadi bagian dari rantai nilai global (global value chain). Ia meminta agar tidak ada pihak atau negara yang merasa lebih unggul sehingga melakukan monopoli akses. Menurutnya, harus ada nilai kebersamaan untuk bisa bangkit dan pulih.
 
Mantan Ketua Umum Hipmi itu juga menekankan pentingnya digitalisasi yang tidak bisa lagi dihindari saat ini. “Saya punya keyakinan Pak Teten (Menkop UKM) adalah Menkop yang sangat inovatif, kreatif, dalam merumuskan langkah-langkah UMKM untuk go international,” tutup Bahlil.
 

(HUS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.