Pertemuan dengan Menlu Tiongkok Wang Yi, dilakukan di sela-sela Foreign Minister Meeting (FMM) G20 di Bali pada Jumat, 8 Juli 2022. Wong mengatakan, Australia akan terus mendorong diakhirinya sanksi perdagangan Beijing terhadap berbagai ekspor.
Ia juga akan tidak mundur dari setiap keputusan kebijakan domestik yang diambil atas dasar kepentingan nasional, keamanan dan kedaulatan Australia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Wong mengatakan, perbedaan substansial tetap ada antara Canberra dan Beijing, meskipun ada pencairan diplomatik yang banyak diantisipasi. Namun, sambung Wong, percakapan di Bali merupakan terobosan penting setelah bertahun-tahun kedua negara saling berdiam diri.
Baca juga: Menlu Retno Harap G20 Jadi Jembatan Solusi Masalah Dunia
“Saya menyambut baik diskusi kami tentang masalah yang menjadi perhatian antara kedua negara kami serta diskusi kami tentang kemakmuran, keamanan, dan stabilitas kawasan,” ucapnya.
“Kami berbicara terus terang dan kami mendengarkan dengan cermat prioritas dan kekhawatiran satu sama lain. Seperti yang Anda harapkan, saya mengangkat sejumlah masalah terkait dengan masalah bilateral, regional, dan konsuler,” sambung dia.
Wong mengatakan Australia dan Tiongkok sama-sama memperoleh banyak keuntungan melalui kekuatan ekonomi jangka panjang dan hubungan antar masyarakat. Meski demikian, ia mengakui kedua negara memang memiliki perbedaan.
“Tetapi kami percaya adalah kepentingan kedua negara untuk menstabilkan hubungan, dan pemerintah Australia ini akan selalu berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan tenang dan konsisten di bawah kemitraan strategis yang komprehensif dan sesuai dengan kepentingan nasional Australia,” ucap Wong.
“Apa yang bisa saya katakan kepada Anda adalah ini adalah langkah pertama untuk menstabilkan hubungan,” imbuhnya.
Wong membenarkan telah mengajukan keberatan Australia terhadap sanksi perdagangan Tiongkok terhadap berbagai ekspor termasuk daging, udang karang, kayu, dan batu bara. Dia menambahkan, telah mengangkat kasus penahanan yang sedang berlangsung terhadap jurnalis Australia Cheng Lei, dan nasib buruk penulis Australia Dr Yang Hengjun, yang telah ditahan oleh otoritas Negeri Tirai Bambu sejak awal 2019.
“Anda akan mengantisipasi bahwa kami membahas hambatan perdagangan yang ada dan itu tetap posisi pemerintah. Pemblokiran perdagangan itu harus dihapus dan kami telah mengatakannya secara terbuka dan posisi pribadi kami mencerminkan hal itu,” sambung dia.
Wong mengatakan memang diperlukan waktu, usaha dan kerja keras untuk memulai kembali hubungan bilateral yang tegang oleh dendam publik selama bertahun-tahun. Namun, katanya, dialog ini menjadi langkah pertama.
“Kami memiliki jalan untuk dilalui dan kami akan melihat apakah itu dapat mengarah ke tempat yang lebih baik antara kedua negara,” kata Wong.
“Semua masalah ini akan memakan waktu. Ada jalan yang sedang kami jalani dan kami akan mengambil langkah demi langkah demi kepentingan negara,” pungkasnya.
(FJR)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.