News Analysis Oleh : Kukuh Ismoyo
SURYA.co.id | SURABAYA – Persebaya Surabaya memang sedang tidak baik-baik saja di awal Liga 1 2022-2023 ini, hasil yang diraih belum konsisten, termasuk baru mengemas dua kemenangan dan satu hasil imbang. Dengan catatan selalu menelan kekalahan tiga laga tandang.
Kalau mau dicermati, hampir semua gol kebobolan Persebaya berasal dari kesalahan para pemainnya sendiri. Ini masih diperparah akan lemahnya mereka dalam mengantisipasi set piece. Tak luput serta, konsentrasi para pemain di menit-menit akhir ternyata masih jadi ‘penyakit’ Persebaya di 6 laga.
Kendala konsentrasi dan rapuhnya pertahanan di menit-menit ini masih menjadi ‘penyakit’ Persebaya sebagaimana musim lalu. Hingga kini belum ada ‘obatnya’. Ini aneh. Padahal kalau boleh jujur, ada nama Bejo Sugiantoro sebagai asisten pelatih, dan pelatih utama Aji Santoso. Keduanya legenda lini belakang Persebaya dan Timnas Indonesia.
Bagaimana mungkin seorang eks defender malah memiliki anak asuh yang bertahannya buruk kalau tidak mau dikata jelek? Ini tentu merupakan problematika pelik untuk tim sebesar Persebaya.
Hal ini perlu ditelaah lebih jauh. Apakah memang para defender Persebaya saat ini skill-nya tak sebaik para defender musim lalu, sehingga sering gagal menerjemahkan perintah para pelatih?
Ataukah mental mereka yang rerata berumur masih cukup muda, tak kuat menahan beban dan nama besar Persebaya serta tekanan dari suporter akan kejayaan timnya?
Mungkin disinilah perlunya sport science untuk memahami hal yang terjadi di Persebaya. Misalnya, perlu seorang tactic analyst, atau mungkin butuh seorang psikolog untuk memulihkan mental bertanding sebagai juara? Bisa saja.
Kedua opsi itu terbuka. Apalagi di era sepakbola modern ini. Lucu rasanya jika tim sekelas Persebaya masih berorientasi secara konvensional dalam menilai segala sesuatu (skill pemain, juga pertandingan).
Persebaya, jelas harus berpikir ulang tentang kebutuhan akan sport science, selain tentunya memenangkan setiap pertandingan. Kalau tidak, bukan tidak mungkin akan ada narasi untuk memecat pelatih sebagaimana lazimnya sebuah tim yang tampil buruk.
Kemenangan, tentu hal yang wajib terus diperoleh supaya Persebaya bisa bangkit. Terdekat harus away lawan PSS Sleman pada tanggal 27 Agustus mendatang.
Memaksimalkan laga kandang untuk meraih poin penuh, adalah suatu keharusan kalau tidak ingin terjerembab ke jurang degradasi. Sementara, menghindari kekalahan, adalah hal paling baik saat bertandang. Ini pilihan paling logis yang bisa diambil Persebaya.
Nah, dengan tampilnya kembali Marselino Ferdinand yang dilaga terakhir cetak gol, tentu menambah amunisi pemain Persebaya yang cukup terpukul karena harus ditinggal Higor Vidal selama 6 pekan. Belum lagi munculnya kepercayaan diri Silvio Junior yang terus mencetak gol pada 2 pertandingan terakhir, tentu diharapkan akan menjadi modal yang baik dalam meraih poin nantinya.
Namun, Persebaya tentu masih harus mewaspadai diri mereka sendiri. Bagaimana nantinya mereka bisa menjaga konsentrasi hingga akhir pertandingan. Ya, kalau saya boleh bilang, musuh Persebaya paling nyata saat ini adalah diri mereka sendiri. Bagaimana agar mereka tidak lengah sampai peluit panjang dibunyikan, serta bagaimana mereka meminimalisir dalam membuat kesalahan sendiri.
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.