SURYA.CO.ID, MALANG – Kayutangan Street Style yang berlangsung di kawasan Kayutangan Heritage Kota Malang pada Jumat (22/7/2022) lalu, masih menjadi perbincangan publik.

Kegiatan tersebut terinspirasi dari Citayam Fashion Week yang sedang viral di Jakarta. Dalam kegiatan tersebut, anak-anak muda mengaktualisasikan diri dengan beragam fashion dan outfit.

Namun karena penyelenggaraan kegiatan berada di pinggir jalan, tepatnya di trotoar, tentunya membuat penasaran banyak orang dan menimbulkan kemacetan arus lalu lintas di sekitar lokasi.

Selain itu, dari postingan yang beredar di media sosial, beberapa anak muda juga memanfaatkan sarana zebra cross layaknya panggung catwalk.

Menanggapi hal tersebut, penggagas Kayutangan Street Style, Rulli Suprayugo mengatakan, pihaknya sudah mengantongi izin dari pihak kepolisian.

Ia pun memastikan jika pembubaran yang dilakukan oleh pihak kepolisian pada waktu itu, bukanlah dari anggota Gerakan Kayutangan Street Style.

“Kami punya izinnya dari kepolisian. Kami juga dari awal komitmen, tidak menggunakan jalan raya atau zebra cross. Kami hanya menggunakan trotoar,” ujarnya kepada awak media, Kamis (28/7/2022).

Dirinya menjelaskan, bahwa gerakan Kayutangan Street Style ini hanya beranggotakan sekitar 30 orang. Kemudian, gerakan itu berlangsung mulai pukul 19.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.

Namun di saat yang bersamaan, ada pihak-pihak lain yang turut mengikuti gerakan Kayutangan Street Style.

Dan sayangnya, pihak-pihak lain itu pun tidak mengikuti persyaratan yang diberikan dan akhirnya menggunakan jalan raya atau zebra cross untuk berpose.

“Jadi, jam 20.00 WIB kami merasa ada orang-orang bukan bagian dari kami ikut nimbrung pakai zebra cross. Padahal kami hanya di trotoar dan tidak melakukan di jalan raya. Dan di saat ada yang ikut-ikutan itu, kami langsung berhenti, mematikan musik dan lampu kami,” terangnya.

Dirinya mengaku, gerakan Kayutangan Street Style ini tercipta dengan tujuan untuk membuat Kota Malang ramah fashion. Sebab, Kota Malang ini dinilai memiliki potensi untuk menjadi kota yang lebih besar melalui dunia fashion.

Dengan adanya potensi itu, ia berharap pemerintah dapat memberikan dukungan dengan memberikan ruang untuk berekspresi.

“Di Malang itu banyak designer, fashion stylish hingga pemilik bisnis fashion yang tak dinaungi pemerintah atau asosiasi. Mereka bisa jalan sendiri dan menghasilkan karya yang keren-keren. Sesederhana apapun kita berpakaian, itulah bentuk ekspresi diri. Hargai mereka selama tetap berada pada koridornya,” pungkasnya.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.