Jakarta:  Pakar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. rer nat., Endang Lukitaningsih, S.Sc., M.Si., Apt. membagikan tips untuk mengenali obat palsu.  Tips ini penting untuk mengantisipasi maraknya peredaran obat palsu yang masih menjadi persoalan di Indonesia. 
 
Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh orang atau lembaga yang tidak memiliki izin produksi. Selain itu, obat yang tidak layak edar atau kedaluwarsa yang dijual kembali juga termasuk ke dalam kategori obat palsu.
 
“Konsumsi obat palsu ini tentunya berbahaya bagi tubuh karena belum teruji efektivitasnya secara medis dan bisa jadi mengandung  bahan yang berbahaya,” jelas Endang, dilansir dari laman UGM, Kamis, 28 Juli 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Maraknya peredaran obat palsu di pasaran menjadikan masyarakat kesulitan membedakan dengan obat asli. Kendati begitu, terdapat sejumlah perbedaan yang bisa ditemukan antara keduanya.
 
Endang menyebutkan, salah satu ciri dari obat palsu adalah tablet mudah hancur, terkadang juga bantat. Kondisi itu terjadi karena obat palsu diproduksi dengan kualitas berada di bawah standar yang semestinya.
 
Ciri berikutnya adalah kemasan dan bentuk fisik berbeda. Meski dibuat mirip dengan obat asli, biasanya ada perbedaan yang dapat dilihat dari kemasannya baik dari warna maupun tulisan. Selain itu, tulisan juga mudah luntur dan biasanya tidak ada tanggal kedaluwarsa dan nomor registrasi yang tidak sesuai.
 
Guna menghindari obat palsu Endang mengimbau masyarakat untuk membeli obat di tempat-tempat penjualan resmi seperti di apotek berizin dan terpercaya. Selanjutnya, periksa label kemasan obat.
 
“Periksa label kemasan obat antara lain nomor izin edar obat, nama dan alamat produsen, dan tanggal kedaluwarsanya,” terangnya.
 
Berikutnya, periksa kemasan obat. Pastikan obat yang dibeli masih dalam keadaan tersegel baik. Lalu warna maupun tulisan dalam kemasan masih baik, tidak luntur, dan tidak dijumpai cacat lainnya
 
Di samping itu, kenali efek obat yang dikonsumsi. Usai konsumsi obat apakah efek yang diraskaan sesuai dengan klaim dari kegunaan obat. Misalnya parasetamol untuk penurun panas.
 
“Untuk memastikan obat itu asli atau palsu bisa juga dicek di laman BPOM,” pungkasnya.
 

 

(CEU)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.