Bangkok: Para ekonom berpendapat bank sentral di Asia yang tetap dovish, bahkan saat menghadapi ledakan inflasi, harus dihadapkan pada ujian pengetatan mengejutkan di kawasan. Hal itu membuat mata uang mereka rentan terhadap aksi jual dan bisa saja berdampak terhadap perekonomian.
 
Thailand, yang mempertahankan suku bunga utama pada rekor rendah untuk mendukung pemulihan ekonomi, melihat baht sebagai pemain terburuk bulan ini dari 12 mata uang Asia yang dilacak oleh Bloomberg. Rupiah melemah selama enam minggu berturut-turut di tengah arus keluar asing yang didorong melebarnya kesenjangan kebijakan moneter negara dengan AS.
 
“Nilai tukar yang goyah, dan Fed semakin bertekad menambah urgensi pengetatan moneter di banyak pasar Asia,” kata Kepala Ekonom HSBC Holdings untuk Asia Frederic Neumann, dilansir dari The Business Times, Minggu, 24 Juli 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Karena kenaikan suku bunga dilakukan secara berurutan di tempat lain di kawasan ini, bank sentral di Thailand dan Indonesia sekarang mungkin akan mempercepat respons mereka sendiri,” tambahnya.

Bank sentral terus memberikan kejutan dengan kenaikan suku bunga karena kekhawatiran inflasi melonjak. Singapura dan Filipina juga memperketat kebijakan moneter mereka dalam langkah darurat setelah data menunjukkan inflasi di AS semakin panas dan Federal Reserve sedang mempertimbangkan kenaikan besar lainnya.
 
Langkah-langkah tersebut tidak hanya akan memberikan tekanan pada Thailand dan Indonesia, tetapi juga negara-negara seperti India yang sudah mengembalikan kebijakan ke tingkat pra-pandemi. Itu karena biaya pinjaman yang lebih tinggi di AS cenderung menguras modal dari pasar negara berkembang.
 
“Sejauh mana tingkat kebijakan negatif secara riil kemungkinan menentukan seberapa banyak pihak berwenang perlu bertindak. Ini berarti Indonesia dan Malaysia mungkin perlu berbuat lebih sedikit untuk mendukung mata uang mereka, dengan tingkat inflasi yang masih cukup rendah,” kata Kepala Ekonom ING Bank NV untuk Asia Pasifik Robert Carnell.
 
Thailand tidak memiliki kemewahan itu. Bank of Thailand (BOT) melampaui kecepatan dalam menaikkan suku bunga pinjaman, menurut Carnell, sementara mereka yang telah diperketat seperti Singapura, Filipina, Taiwan, dan Korea Selatan memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
 
Won dan peso Filipina termasuk di antara penurunan terbesar pada 2022 di kawasan ini, bahkan setelah kenaikan suku bunga berturut-turut. Sementara Filipina telah mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga lagi pada Agustus.
 
“Akan ada tekanan pada baht Thailand dan BOT perlu memutuskan apakah mampu berenang melawan gelombang pasang Fed,” pungkas Ekonom Senior Natixis SA untuk Negara Berkembang Asia Trinh Nguyen.
 

(ABD)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.