Selain itu, harga komoditas juga menjadi penopang IHSG. Berkat naiknya harga komoditas, Indonesia terus mencatatkan neraca perdagangan yang juga positif. “Nah mungkin satu hal juga, kinerja emiten kita,” kata Kepala Divisi Riset Bursa Efek Indonesia Verdi Ikhwan, dalam edukasi wartawan, Rabu, 20 Juli 2022.
“Kalau menurut saya menjadi salah satu yang mendorong di kuartal I ini dan menunjukkan pertumbuhan. Di Juni, walau belum keluar angkanya, kalau kita baca di beberapa berita itu kemungkinan besar angkanya masih menunjukan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun yang lalu,” tambah Verdi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Namun, Verdi tidak bisa mengungkapkan mengenai prediksi gerak IHSG hingga akhir tahun lantaran memang tidak ada riset terkait hal itu. Hanya saja, jika mengacu pada prediksi yang telah dikeluarkan oleh analis, posisi indeks acuan saham Indonesia sampai akhir tahun masih mampu tumbuh dibandingkan dengan posisi tahun lalu.
“Dulu di awal tahun diprediksi (IHSG) berkisar 7.600-7.800. Tapi dengan kondisi di semester satu mereka men-downgrade. Menurut saya, terjadi penurunan proyeksinya tapi kalau dibandingkan dengan 2021 masih optimistis lah kita masih ada pertumbuhan,” ucapnya.
Mengutip bahan presentasi, hingga 15 Juli 2022, rata-rata harian volume perdagangan mencapai 23,13 juta saham. Lalu rata-rata harian transaksi mencapai 15,62 miliar. Kapitalisasi pasar tercatat Rp8.773 triliun. Pasar modal Indonesia juga telah menunjukkan kinerja terbaiknya dalam dua tahun terakhir.
Berdasarkan data statistik BEI, IHSG mencatat pertumbuhan 2,31 persen secara year to date (ytd). Sementara indeks negara-negara kawasan seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam melemah. Tercatat FTSE BM minus 8,81 persen ytd, PSEi minus 11,74 persen ytd, STI minus 0,15 persen ytd, SETi minus 7,59 persen ytd, dan VN Indeks minus 21,35 persen ytd.
Kemudian indeks Tiongkok, Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan juga menunjukkan pelemahan yaitu minus 9,9 persen ytd, minus 11,7 persen ytd, 6,36 persen ytd, dan minus 20,37 persen ytd. Lalu index Amerika Serikat yaitu DJIA juga minus 14,49 persen ytd.
(ABD)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.