SURYA.CO.ID, LAMONGAN – Menghadapi permasalahan lingkungan hidup yang terus terjadi akibat kepadatan penduduk, juga industrialisasi di Lamongan terus bertambah.

Solusinya, ada 4 isu prioritas lingkungan hidup yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan, yakni pengelolaan sampah dan limbah B3 medis covid-19 yang belum optimal, penanganan banjir dan kekeringan, terjadinya penurunan kualitas air permukaan juga adanya alih fungsi lahan dan berkurangnya area resapan.

Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi mengungkapkan, bahwa Pemkab Lamongan telah mengeluarkan berbagai kebijakan juga memunculkan inovasi-inovasi luar biasa sebagai usaha penyelesaian isu prioritas.

Dalam penanganan sampah dan limbah, Pemkab Lamongan memiliki inovasi Sampahku Tanggungjawabku (Samtaku) yang telah berhasil menyumbang pengurangan sampah menjadi 52,3 ton per hari dari yang sebelumnya 20,92 ton per hari, dan menambah nilai ekonomi sampah menjadi naik 500 juta- 1 milyar per tahun. Hingga menjadikan Lamongan sebagai rujukan studi tiru dari beberapa kabupaten lain di Indonesia.

Dalam hal limbah ini, selain Samtaku juga melakukan optimalisasi program kampung iklim, optimalisasi program adiwiyata di setiap sekolah, kampanye pengurangan sampah plastik, dan program Green and Clean.

“Demikian juga untuk limbah medis dan B3 yang meningkat karena covid, kami telah melakukan terobosan dengan pembangunan RS Covid-19 yang dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah medis,” ungkap Yuhronur, Rabu (20/7/2022).

Terkait banjir dan kekeringan, Pemkab Lamongan telah melakukan penanganan yang serius dengan membuat beberapa kebijakan sebagai bentuk komitmen dan penanganan banjir serta kekeringan, melalui berbagai keputusan yang dikeluarkan Bupati Lamongan soal status tanggap darurat bencana hingga forum koordinasi pengurangan resiko bencana.

Selain itu juga normalisasi waduk, pengembangan desa tangguh bencana, hingga pengembangan tim reaksi cepat tanggap bencana.

“Yang paling penting saat ini masyarakat bisa merasakan kehadiran pemerintah daerah yang begitu cepat dalam menangani banjir dan kekeringan sehingga tidak berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat,” katanya.

Selain itu, juga berhasil menjaga kualitas air permukaan dengan berbagai kebijakan dan inovasi, salah satunya menggunakan inovasi onlimo untuk pemantauan kualitas air secara kontinu. hasilnya, nilai indeks kualitas air meningkat dari 66,67 di tahun 2019 menjadi 68,18 di tahun 2020.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.