Ditemui di rumahnya, Salmo menunjukkan postingan dan komentarnya yang viral. Laki-laki dengan nama akun Mbah Salmo ini mengatakan persoalan tersebut bermula dari unggahannya di media sosial Facebook yang mengritik pemerintah desa soal bantuan sosial.
Pada unggahan tersebut dia juga menyertakan foto KTP istrinya dan memberikan sejumlah komentar pedas, seperti ‘Masalah bantuan sosial itu kalau perangkat desa matanya kena tumor’. Kemudian ‘Kepala desanya mabuk kecubung’.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Komentar di media sosial ini dilakukan Mbah Salmo karena tidak pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Padahal, kondisi pandemi covid-19 sangat memukul perekonomiannya yang hanya membuka sebuah warung kopi.
Mbah Salmo menilai bantuan yang selama ini diberikan oleh pemerintah maupun pemerintah desa tidak tepat sasaran dan justru diberikan kepada orang yang mampu.
Sedangkan orang kecil seperti dirinya seolah diabaikan. Karena itu dengan komentarnya tersebut dia berharap penerima bantuan bisa dievaluasi, sehingga bisa tepat sasaran. Namun, oleh pemerintah desa, komentar tersebut dinilai berisi pelecehan dan hinaan, bukan kritik yang membangun.
“Ceritanya ini kan saya minta bantuan (sosial) enggak direspons sama kades. Empat tahun saya enggak ditanyain, akhirnya saya mengeluh. Itu saya pakai Facebook masalah bantuan PKH untuk orang kaya, bukan untuk orang miskin. Warga miskin hanya penonton. Berjuang untuk maju biar tepat sasaran,” katanya, Rabu, 20 Juli 2022.
Sementara itu pihak desa mengaku melaporkan Mbah Salmo karena postingan dan komentarnya di media sosial bukan berisi kritikan, melainkan hinaan bernada kasar kepada pemdes, kepala desa, perangkat desa dan warga setempat secara umum. Laporan ini dilakukan untuk memberikan efek jera kepada Mbah Salmo yang berulang kali melakukan hinaan serupa di media sosial.
Kepala Desa Guwoterus, Pudji, mengatakan pihak desa juga mengaku pernah mengajukan Mbah Salmo untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Namun usulan tersebut belum direalisasikan oleh dinas terkait.
“Ya biar tahu rasa lah. Paling tidak pelajaran orang banyak. Memang daerah sini Pemerintah Kabupaten Tuban. Saya sudah capek, pegel. Postingane mendem kecubung, mumet golek bati, pemerintah desa matane kenek tumor. Jadi nggak perangkat saja yang di lecehkan,” ungkap Pudji.
(MEL)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.