SURYA.CO.ID, SURABAYA – Setelah dua tahun vakum karena pandemi, pameran Manufacturing Surabaya kembali digelar mulai Rabu (13/7/2022) ini di Grand City Convex, Surabaya.

Tercatat, ada 181 stan peserta yang tampil hingga Sabtu (16/7/2022) mendatang, dengan target pengunjung business to business (B2B) sebanyak 4.000 kunjungan.

Event Director PT Pamerindo Indonesia, Lia Indriasari mengatakan, banyak stan pameran yang terisi penuh itu menunjukkan optimisme sektor industri untuk bangkit menuju masa endemi Covid-19.

“Untuk mendukung optimalisasi sektor industri ini, kami sebagai penyelenggara pameran, optimistis melihat antusiasme para peserta yang mencapai 181 perusahaan manufaktur ini,” kata Lia, usai pembukaan pameran yang dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak tersebut.

Dalam pameran ini, ada dua target yang dibidik Lia. Yaitu, target jumlah pengunjung orang secara riil dan target jangka panjang dengan pasca pameran ini. Transaksi mesin-mesin manufactur bisa dilakukan secara berkelanjutan bersamaan dengan peningkatan kinerja industri yang mulai bangkit pasca pandemi dalam dua tahun terakhir.

“Kalau nilai transaksi selama pameran tidak kami targetkan, karena hasil pertemuan B2B dalam pameran ini yang berkelanjutan (sustainable) sangat diharapkan,” jelas Lia.

Salah satu yang cukup membedakan gelaran pameran manufaktur dari sebelumnya, yakni adanya booth Kampung Industri atau Manufacture Village yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim.

“Di Kampung Industri ini, kami menghadirkan Industri Kecil Menengah (IKM) sektor manufaktur lokal Jatim. Beberapa mesin-mesin buatan lokal anak bangsa juga ada, contohnya mesin pengolahan logam, otomasi dan robotik, termasuk mesin untuk konstruksi dan Food and Beverage (F& B),” beber Lia.

Seperti diketahui, sektor industri manufaktur ini telah berkontribusi sekitar 30 persen terhadap PDRB Jatim. Sehingga, gelaran pameran ini dinilai sangat potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Jatim maupun di Indonesia bagian timur.

Salah satu peserta pameran manufaktur, VP Sales and Marketing PT Pertamina Lubricants, Nugroho Setyo Utomo mengatakan manufaktur dan industri cukup menjadi perhatian PT Pertamina Lubricants (PTPL), karena banyak proses manufaktur yang memerlukan dukungan pelumas.

“Jadi perusahaan kami ini in-line dengan manufaktur di Jatim yang punya nilai tambah luar biasa dari sisi ekonomi, sehingga kami pun ingin bergerak mendukung pemulihan ekonomi pasca Covid-19,” ungkap Nugroho.

Salah satu pabrik atau unit produksi PTPL juga ada di Gresik, Jawa Timur. Dengan kapasitas produksi 135.000 kilo liter per tahun, PTPL bisa memenuhi kebutuhan Jatim dan Indonesia timur, serta didukung oleh 12 distributor yang siap mendekatkan diri kepada konsumen.

“Pemanfaatan produk pelumas kami menyasar berbagai segmen, 700 portofolio dari segmen mesin kecil, kendaraan, dan 300 lebih portofolio untuk segmen industri. Sebanyak 80 persen produk kami diserap oleh pasar domestik, ekspor hanya 20 persen,” jelas Nugroho.

Meski ekspor hanya 20 persen, namun produk PTPL telah hadir di beberapa negara. Bahkan di Thailand, PTPL telah memiliki unit produksi yang telah memenuhi pasar pelumas di kawasan Asia tenggara, Asia Selatan dan kawasan Afrika Selatan.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.