Yogyakarta: Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat aktivitas erupsi Gunung Merapi melebihi 82 kali selama sepekan terakhir. Erupsi tersebut tercatat dalam periode pengamatan 1-9 Juli 2022.
 
“Pada periode pengamatan ini terjadi guguran lava dan lava pijar teramati sebanyak 82 kali,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Minggu, 10 Juli 2022.
 
Agus menjelaskan luncuran material erupsi dominan ke arah barat daya tepatnya ke Sungai Bebeng. Jarak luncur material erupsi tersebut maksimal 2 kilometer.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Selain itu, hasil pengamatan aktivitas kegempaan di gunung tersebut dinilai masih cukup tinggi. Dalam periode 8-9 Juli, kegempaan yang terjadi ai antaranya gempa guguran 155 kali; gempa hembusan 2 kali; gempa hybrid/Fase Banyak 76 kali; dan gempa tektonik jauh 8 kali.
 
“Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan,” ujarnya.
 
Baca juga: Guguran Lava Pijar 5 Kali Meluncur dari Gunung Merapi
 
Agus menjelaskan kubah lava di puncak Gunung Merapi juga alami pertumbuhan. Volume kubah lava di barat daya saat ini sebesar 1.645.000 meter kubik dam volume kubah lava di bagian tengah sebesar 2.582.000 meter kubik.
 
Agus menambahkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Dengan kondisi itu status Gunung Merapi masih siaga.
 
Di sisi lain, potensi bahaya berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer; Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
 
“Masyarakat tetap kami imbau agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi,” ungkapnya.

 

(MEL)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.