Jakarta: Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaya Kamdani menginginkan insentif yang diberikan pemerintah kepada pengusaha sebagai dampak covid-19 terus berlanjut untuk mengantisipasi krisis global.
 

“Memang saat covid-19 kan banyak insentif yang hubungannya dengan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), terutama ini kan kemudian tidak ditarik. Nah, itu yang kemudian kita minta diperhatikan,” kata Shinta saat menghadiri Rapat Kerja Koordinasi Nasional Apindo ke-32 dikutip dari Antara, Selasa, 30 Agustus 2022.
 
Ia memaparkan beberapa insentif yang diberikan pemerintah dapat dilanjutkan, misalnya yang berhubungan dengan relaksasi perbankan.
 
“Terutama untuk sektor yang terkena dampak, contohnya seperti sektor pariwisata, perhotelan, akomodasi, itu masih sangat riskan. Jadi, tidak bisa dianggap covid-19 sudah selesai terus mereka selesai,” ujarnya.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Adapun insentif yang dimaksud yakni yang bersifat fiskal, yakni terkait perpajakan, hingga insentif nonfiskal untuk kemudahan usaha.
 
Selain itu, Shinta juga mengatakan bahwa tugas Indonesia untuk menarik investasi sebesar-besarnya masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu direalisasikan secara konsisten agar tahan dari badai krisis global.
 
“Untuk itu, G20 dan B20 bisa dijadikan momentum untuk kita mendorong Indonesia bisa mempersiapkan proyek-proyek untuk menarik investasi. Dengan investasi, Indonesia bisa mengembangkan kembali ekonominya,” ujarnya.
 
Kemudian, dari sisi ekspor, yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi krisis global adalah melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor, sehingga tidak hanya fokus pada negara-negara tradisional.
 
“Kita tidak bisa tergantung pada negara-negara non-tradisional saja. Kita harus diversifikasi,” ujar Shinta.
 
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah hilirisasi, sebagaimana dikatakan Presiden Joko Widodo sebagai kunci ketahanan ekonomi.
 
Menurut Shinta, komoditas ekspor Indonesia tidak boleh lagi bergantung pada komoditas tanpa nilai tambah, sehingga hilirisasi dapat digenjot.
 
Ia menambahkan hal yang tidak kalah penting adalah pembangunan keahlian sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung pemulihan dan menciptakan ketahanan ekonomi nasional.
 

(SAW)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.