Seperti diungkapkan oleh S, 45, salah satu KPM asal Dusun Mejono. Menurutnya, beras Bansos yang diberikan untuk Juni dan Juli itu tak layak konsumsi.
“Saya dapat 15 kilogram kemarin. Ya begini, kondisinya agak kekuning-kuningan,’’ ujar S pada sejumlah jurnalis, Rabu, 28 Agustus 2022.
Lebih lanjut S menjelaskan selain kusam, beras yang diterimanya juga berbau sedikit apek. Apalagi saat dicuci dengan air menimbulkan bau menyengat. Ia menduga, beras yang diterima warga kualitasnya rendah. Hal itu dirasakan saat ia bersama keluarganya mengkonsumsinya.
Baca: Harga BBM Subsidi Kemungkinan Naik, Pemerintah Siapkan Bansos Tambahan
“Saya nerima kemarin pagi, tadi malam sudah saya makan dan rasanya sepoh (hambar),’’ katanya. Dikatakan S, beras dengan kondisi seperti itu harusnya cocok digunakan untuk lontong. Bukan untuk konsumsi sehari hari.
Ia menyebut pada penyaluran Bansos pangan kali ini hanya menerima tiga komoditas masing-masing bawang putih 0,5 kilogram, beras 15 kilogram dan telur telur 20 butir dengan kisaran berat 1,25 kilogram.
“Kalau bulan bulan sebelumnya, ada daging ayam dan kacang hijau. Kali ini tidak,’’ ujarnya.
Hal senada juga disampaikan M, 57. Ia menyebut beras yang diterima kali ini berwarna agak kekuning-kuningan. Beberapa KPM lain juga menerima dengan kondisi serupa. Sebagian ada yang memilih untuk ditukar dengan beras yang kualitasnya lebih bagus, sebagian lagi tetap membawa pulang.
“Ada yang berwarna agak kehitam hitaman. Dan sudah ditukar kemarin,’’ beber M.
Selain itu, M menjelaskan beras yang ia terima sempat ia masak namun saat dimakan tidak ada rasanya. Kondisi berasnya berwarna kuning dan bau apek. “Tadi pagi sempat dimasak tapi tidak ada rasanya saat dimakan,” ujarnya.
Ia mengaku khawatir dengan beras yang dikonsumsinya akan mengganggu kesehatan. Sehingga ia memilih untuk dijadikan pakan ayam.
“Ya digunakan sebagai pakan ayam, karena sayang kalau beras dibuang begitu saja,” ujarnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Berita terkait beras bansos berwarna kuning dan bau apek menjadi berita paling banyak dibaca di kanal Daerah Medcom.id. Berita lain yang juga banyak dibaca terkait pencarian pemuda yang tenggelam di Indramayu.
Indramayu: Tim SAR gabungan masih belum menemukan Muhammad Rizki (12), korban hilang karena terseret ombak di pantai Indramayu pada Minggu 21 Agustus 2022. Proses pencarian saat ini memasuki hari keempat.
Tim SAR gabungan mengupayakan pencarian korban enggan melakukan penyisiran, baik penyisiran pantai ataupun penyisiran di air.
“Kami melakukan pencarian, sesuai dengan rencana operasi SAR berdasarkan SAR Map Prediction,” ujar Kepala Kantor SAR Bandung, Jumaril, Rabu, 24 Agustus 2022.
Pencarian hari keempat dimulai pukul 07.30 WIB dengan membagi tim menjadi 3 Search and Rescue Unit (SRU). SRU 1 melakukan pencarian korban dari LKP hingga ke barat PLTU Sumur Adem seluas 2.12 Nm atau sekitar 5 KM menggunakan LCR Basarnas.
Baca: 1 Jenazah KM Cahaya Arafah Ditemukan di Kedalaman 45 Meter
Sedangkan SRU 2 melakukan pencarian Korban di sekitar PLTU Sumur Adem seluas 1.56 Nm atau sekitar 3 KM, yang dilakukan oleh Security PLTU Sumur Adem.
“SRU 3, kami tugaskan untuk melakukan Pencarian Korban dengan melakukan penyisiran darat sejauh 3.17 Km atau sekitar 7 KM,” kata Jumaril.
Pencarian yang dilakukan oleh Tim SAR hingga sore tadi, masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Korban masih belum bisa ditemukan oleh Tim SAR.
Berita lain yang juga banyak dibaca terkait dua warga Makassar suspek cacar monyet.
Makassar: Sebanyak dua pasien suspek cacar monyet (monkeypox) dirawat di dua rumah sakit di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Sulsel, Erwan Tri Sulistiyo, Rabu, 24 Agustus 2022.
Kedua pasien itu merupakan laki-laki berusia 37 tahun dan 20 tahun. Satu dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar dan di Rumah Sakit Pendidikan Unhas.
“Yang dirawat di Unhas itu perjalanan ke Jakarta. Saat di Jakarta dia melihat ada ruam. Kemudian dia kembali ke Makassar dan berobat ke dokter. Tentu kalau ada virus masuk itu ada rasa demam dan tidak nyaman,” ujar dia.
Setelah tiga hari, kondisi pasien tidak ada perubahan. Saat di rumah sakit, ruam-ruam di tubuh pasien bertambah sampai ke wajah dan diduga monkeypox.
Sedangkan pasien yang dirawat di RS Labuang Baji, tidak ada riwayat bepergian. Erwin mengatakan pihaknya telah melakukan langkah antisipasi agar tidak terjadi penyebaran.
“Teman-teman di dinas kesehatan sudah kita informasikan dan sudah melakukan pemeriksaan ke pihak keluarga tidak ada gejala yang sama,” ujar Erwan.
Baca: Sampel Pasien Suspek Cacar Monyet di Makassar Dikirim ke Jakarta
Untuk yang sudah suspek, sampelnya sudah dikirim ke Litbangkes di Jakarta, dan biasanya butuh waktu dua hari untuk mengetahui hasilnya. Tergantung banyaknya sampel yang diperiksa.
Erwan mengingatkan penyebab cacar monyet adalah virus, yang bisa menyerang semua umur. Karena itu, harus diantisipasi penyebarannya terlebih belum ada vaksin untuk virus monkeypox itu.
“Kalau sudah ada vaksin, dan saya yakin masyarakat banyak yang mau karena ini kan kelihatan penyakitnya, beda dengan covid,” ujar dia.
(NUR)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.