Jakarta: Obat merupakan komoditas yang memiliki peranan sangat vital dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat luas sebagai ketahanan nasional. Namun, ketergantungan bahan baku obat menyulitkan pengembangan obat di Indonesia. 
 
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Siswandono menyampaikan pengembangan bahan baku obat relatif lebih mudah ketimbang penelitian penemuan obat baru. Sebab, penelitian perlu biaya besar dan terus meningkat setiap tahun. 
 
Dia mengungkapkan peluang terbesar Indonesia dalam pengembangan obat ialah pengembangan industri bahan baku berbasis bioteknologi. “Karena ini tidak tergantung pada produk industri kimia dasar yang belum mendukung perkembangan industri bahan baku sintesis di Indonesia,” tutur Siswandono pada kuliah tamu dalam rangka peringatan dies natalis ke-59 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF Unair) dikutip dari laman unair.ac.id, Rabu, 24 Agustus 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Siswandono memaparkan potensi industri farmasi Indonesia untuk pengembangan bahan baku obat. Dia menuturkan Indonesia memiliki kekuatan dalam bidang kefarmasian yaitu mempunyai keragaman hayati dan kekayaan alam yang dapat dikembangkan sebagai sumber bahan baku obat.
 
“Indonesia juga mempunyai sumber daya manusia dan tenaga ahli yang profesional, selain itu adanya komitmen kuat dari pemerintah untuk melakukan sinkronisasi regulasi yang mendukung pengembangan bahan baku obat,” jelas dia. 
 
Dia juga menjelaskan strategi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dapat diterapkan Indonesia untuk pengembangan bahan baku obat. Siswandono mengatakan terdapat lima strategi, yaitu:

  1. Prioritas utama adalah pengembangan bahan baku obat berbasis bioteknologi, herbal terstandar atau fitofarmaka, dan kimiawi
  2. Mengembangkan industri farmasi untuk dapat memproduksi bahan baku obat dan eksipien secara mandiri, terutama yang sangat dibutuhkan masyarakat seperti parasetamol, asetol, amoksisilin, hingga vaksin
  3. Mendorong industri farmasi untuk lebih mengembangkan bidang riset dan development dalam upaya memproduksi bahan baku obat dan eksipien secara mandiri
  4. Mengembangkan perkebunan tanaman obat untuk suplai bahan baku obat
  5. Membuat pusat penelitian pengembangan obat terpadu dengan peralatan canggih dan terkini yang dapat diakses dan digunakan seluruh akademisi dan lembaga penelitian di Indonesia.

Siswandono juga memaparkan tantangan Indonesia dalam pengembangan bahan baku obat. Dia menyebut industri kimia dalam negeri belum mampu menyediakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk pembuatan obat. Selain itu, industri bahan baku obat memerlukan investasi besar dengan tingkat kegagalan cukup tinggi.
 
“Juga kurangnya sinergi antara academia, business, dan government. Hasil penelitian yang dilakukan seringkali tidak dimanfaatkan secara komersial atau dikembangkan sampai skala industri karena kurang diminati kalangan bisnis,” tutur dia.
 

 

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.