SURYA.CO.ID, LAMONGAN – Menjadi petani atau petambak kadang harus berani membuat terobosan atau melawan arus, dan itu sudah ditempuh Hamam. Petambak udang di esa Geger, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan ini menempuh cara inovatif untuk membudidayakan udang Vanamei ke teknologi intensif, yaitu memanfaatkan energi sinar matahari yang disebut pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Hasil dari pemakaian perangkat PLTS itu tentu adalah energi listrik. Tetapi terobosan lulusan S1 teknik ini, membuat iri para petambak lainnya karena tidak menguras menyedot biaya untuk kebutuhan listrik sebagai penggerak dinamo, kincir, pompa air dan penerangan lahan serta mekanik lainnya.
Hamam memanfaatkan energi terbarukan (renewable energy) tenaga listrik yang memanfaatkan kekuatan sinar matahari, berawal dari eksperimen sendiri yang ternyata berbuah sukses. Ia berhasil merangkai PLTS yang dimanfaatkan sebagai energi listrik untuk mendukung budidaya udang Vanamei di tambak intensif.
“Budidaya udang Vanamei secara intensif, otomatis membutuhkan banyak sekali alat-alat, sedangkan semua alat tersebut membutuhkan banyak energi listrik, ” kata Hamam kepada SURYA, Minggu (21/8/2022).
Kalau biaya untuk listrik terlalu banyak, kata Hamam, bisa mengurangi hasil usaha, bahkan bisa merugi. Itulah yang mendasari Hamam harus solusi menghemat energi listrik yang dibutuhkan sehingga bisa mengurangi pengeluaran usaha perikanan. “Saya memang senang mengelola sawah tambak, ” tambah Hamam.
Sekretaris Desa (Sekdes) Geger yang juga Wakil Ketua DPD LDII Lamongan ini kemudian mengutak-atik peralatan tenaga sinar surya yang disebut dengan PLTS. “Itulah awal mulanya yang mendasari, sehingga saya semakin mantap untuk mewujudkan PLTS, ” kisahnya.
Budidaya udang Vanamei intensif itu memelihara jumlah bibit udang padat, berbeda dengan budidaya Vanamei tradisional yang jumlah lebih sedikit. Pengelolaan intensif dengan jumlah ikan begitu padat membutuhkan kincir yang selalu aktif, selalu berputar untuk kebutuhan oksigen.
Sebab jika kebutuhan oksigen kurang gara-gara kincir tidak selalu aktif, maka udang Vanamei yang dipelihara juga kurang sehat, ujung-ujungnya mati. “Intinya kebutuhan aliran listrik harus selalu ada untuk mengaktifkan kincir, serta menggerakkan dinamo,” jelasnya.
Hamam menegaskan bahwa dengan PLTS, pengelolaan intensif ini berlangsung ideal dan bisa menekan biaya listrik. Untuk perakitan PLTS, Hamam berhitung daya yang dibutuhkan, sehingga bisa menentukan perakitan dengan kapasitas yang memadai.
Apabila dibutuhkan daya 900 Watt sehari, maka dikalikan kebutuhan total dalam 1 hari atau 24 jam. Satu panel dengan daya 100 WP, berarti dalam satu hari kemampuannya bisa mengambil energi dari matahari itu bisa mencapai 500 Watt.
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.