Jakarta: Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberikan penjelasan gamblang mengenai rencana penambahan modal sejumlah BUMN seperti PT Bank Tabungan Negara (BBTN), PT Krakatau Steel (KRAS), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Garuda Indonesia (GIAA), PT Krakatau Steel (KRAS), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI), melalui mekanisme rights issue. Erick menyebut aksi korporasi kelima BUMN tersebut bertujuan untuk menjaga permodalan.
 
“Jangan dibilang utang lagi, yang namanya aksi korporasi kan macam-macam, apakah menambah modal dari peran pemerintah, penambahan modal dari aksi korporasi pasar, kemitraan strategis, dan lain-lain,” ujar Erick dalam keterangan tertulis, Kamis, 18 Agustus 2022.
 
Erick mengaku tak sembarang memberikan lampu hijau bagi BUMN melakukan rights issue. Penambahan modal ini ditujukan bagi BUMN dengan industri yang memiliki prospek dan potensi baik ke depan. 
 

Ia mencontohkan, BTN yang fokus menyediakan hunian bagi masyarakat, termasuk generasi muda yang kini menjadi mayoritas penduduk Indonesia. Menurut lampu hijau right issue diberikan sebagai jalan keluar atas kesulitan generasi muda dalam mendapatkan hunian. 
 
“Mesti ada solusi dong, masa yang kaya-kaya aja dapet rumah, generasi baru kita tidak bisa beli rumah. Makanya kita punya program yang namanya Rumah Milenial di mana kerja sama BTN dan KAI,” lanjutnya.
 
Erick menyampaikan rumah milenial yang berlokasi di sebelah stasiun kereta api menerapkan sistem subsidi silang dengan perbedaan terletak pada kualitas interior seperti jenis dan model toilet hingga plafon.
 
“Kita sudah lakukan empat proyek yang jadi, kita ingin harus lebih dorong lebih banyak lagi karena kebutuhan rumah hampir satu juta lebih kalau tidak salah. Berarti permodalan harus kuat, tapi bisnis dan masa depan harus bagus. Jangan hanya tambah-tambah modal, tapi sunset industri,” ucapnya.
 
Selain itu, Erick menyampaikan penambahan modal pun diperlukan Krakatau Steel dalam memperkuat ekosistem industri baja nasional. Apalagi sektor baja dalam negeri juga mengalami tantangan akibat adanya impor baja ilegal.
 
“Artinya, ini baja impor ada yang resmi dan ada yang selundupan, ini kan akhirnya enggak bagus buat membangun industri kita, itu kenapa kita di Krakatau Steel kita restrukturisasi, yang delapan tahun berturut turut rugi sekarang sudah untung Rp800 miliar,” ungkapnya. 
 
Namun Erick tak puas hanya berhenti di sini. Ia menyampaikan Krakatau Steel pun menggandeng Posco dalam memperbaiki industri baja nasional dengan Posco fokus pada lempengan mobil untuk kendaraan baterai listrik. 
 
Erick menilai fokus ini merupakan bagian dari ekosistem kendaraan listrik yang mana Hyundai membuat mobil, LG untuk baterai, maka Krakatau Steel dan Posco bikin lempengan mobilnya. 
 
“Ini ekosistem yang tadinya kalau enggak ada barang ini ya impor, itu proyek USD3,2 miliar atau Rp50 triliun lebih, 50:50, ini yang kita dorong,” imbuhnya.
 
Erick juga menekanman, Krakatau Steel memerlukan modal karena memang ada investasi baru yang menjanjikan dan bukan hanya membuat proyek. 
 
“Ini yang saya enggak suka, selalu direksi-direksi BUMN, saya enggak bilang yang sekarang, yang sebelum-sebelumnya bikin proyek yang enggak jelas, akhirnya banyak yang mangkrak,” jelasnya.
 

(ANN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.