Jakarta: Hari Kemerdekan ke-77 Republik Indonesia bisa dibilang momen para masyarakat Indonesia melepas kerinduan mengikuti lomba 17 Agustusan. Ya, tradisi yang setiap tahun kita lakukan untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI, sempat tak diadakan selama dua tahun lantaran adanya Pandemi Covid-19.

Pada tahun ini, semua warga menyambut suka cita dan antusias tinggi untuk mengikuti lomba 17 Agustusan. Salah satunya yang dirasakan warga RT 003 RW 08 Kelurahan Pengadegan Jakarta Selatan.

Meski nyaris setengah warga dari RT 03 RW 08 harus hijrah lantaran adanya eksekusi lahan, nyatanya tak menyurut para peserta yang ikut memeriahkan lomba, terutama anak-anak.

Seperti kita ketahui, selama perayaan 17 Agustus dua tahun ke belakang, anak-anak mungkin ada yang membuat lomba di rumah masing-masing. Entah bersama keluarga besar, atau tetangga dekat, itu pun harus tertutup mengadakannya. Namun, atmosfer berbeda tentu mereka rasakan ketika menggelar lomba bersama seluruh warga dan mungkin ada yang sambil menutup jalan.

 

Menemukan sesuatu yang hilang

Ketua Panitia 17 Agustus RT 03 RW O8, Erni Setiawan mengatakan lomba tahun ini terasa begitu semarak karena setelah 2 tahun kita melewati pandemi, warga merasa seperti menemukan suasana baru kembali, seperti menemukan sesuatu yang hilang.



Menggelar lomba yang mengundang gelak tawa seperti Bakiak ini juga memiliki makna tersendiri, yaitu kerja sama. (Foto: Tim Dokumentasi Panitia 17 Agustus RT 003 RW 08)

“Saat mengadakan lomba HUT ke-77 RI ini, warga meluapkan semua rasa dan menghilangkan penat, karena selama pandemi kita tidak bisa apa-apa, selama pandemi juga kita banyak keterbatasan,” ujar Erni.



Ketua Panitia 17 Agustus RT 003 RW 08 Pengadegan, Erni Setiawan. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

“Jadi ketika mengadakan lomba tahun ini semua warga sangat bersemangat, bersuka cita. Di samping bisa kembali berkumpul dengan warga lainnya, lomba kali ini juga menjadi bentuk ekspresi dari semua warga. Bentuk ekspresi untuk bisa meluapkan dengan segala hal, seperti dengan lomba 17an,” terangnya.



Malam Tasyakuran dan Doa Bersama untuk para pejuang. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

Selain mengadakan lomba, malam sebelum Hari Kemerdekaan, warga RT 003 RW 08 Kelurahan Pengadegan juga menggelar malam Tasyakuran dan Doa Bersama. Pada acara tersebut, Warga RT 003 RW 08 Kelurahan Pengadegan berkumpul untuk mengenang jasa para pahlawan dan juga ramah tamah.

 

Kerja bersama sukses bersama

Sempat terhenti kegiatan lomba Agustusan selama dua tahun. Kini,  bersama berbagai elemen warga turut serta dalam kegiatan peringatan dan lomba HUT ke 77 Republik Indonesia.

“Pada HUT 77 Republik Indonesia Tahun ini Kami mengusung tageline yaitu #KerjaBersamaSuksesBersama,” ujar Ferdiansyah Ketua RT 003 RW 08 Kelurahan Pengadegan.



Safety First, itulah pesan yang ada di lomba balap karung dengan menggunakan helm ini. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

“Tema tersebut diharapkan bisa semakin menguatkan bahwa dengan gotong royong kita bisa meraih kesuksesan bersama. Termasuk tantangan menghadapi dampak pandemi yang saat ini melanda negeri ini,” katanya.

Tak hanya itu, tema kerja bersama dan sukses bersama dibuktikan dengan melibatkan Remaja RT 003 RW 08, yang tergabung dalam RESPECT. Di sini Ferdiansyah dan para pengurus RT ingin ‘Membangunkan’ semangat para remaja agar bisa terlibat dalam acara RT.

 

Dari warga untuk warga

Sementara itu, di RW 05 di lingkungan Komplek Perumahan Alam Indah Cipondoh, Tangerang punya nuansa senada. Meski juga melibatkan para pemuda, untuk bisa membantu para anak-anak yang ingin ikut pawai sepeda.

“Yang jelas masyarakat mulai merasa Bahagia Kembali setelah adanya kegiatan, yang dimana kemarin-kemarin serba terbatas dan memberikan jarak. Setelah dua tahun ini masyarakat bisa merayakan HUT RI ini dengan pesta rakyat, alhamdulillah bisa berjalan dengan baik,” kata Pitoyo selaku Ketua RW 05, Komplek Perumahan Alam Indah Cipondoh, Tangerang.

Pitoyo mengatakan, Untuk di lingkuangan RW 05 sendiri, masalah persiapan 17-an tahun ini semua diserahkan kepada pemuda-pemudi di lingkungan RW.05. Jadi segala sesuatunya dijalankan oleh pemuda-pemudi di lingkungan RW 05.



Panitia membantu menghias sepeda para peserta pawai anak-anak. (Foto: Genta/Medcom.id)

“Persiapannya mulai dari acara kegiatan, kemudian adanya perlombaan-perlombaan antar RT, dan selanjutnya persiapan-persiapan yang bagaimana agar acara HUT RI ke-77 ini di lingkungan RW.05 dapat meriah dan berjalan dengan lancar,” katanya.

Pitoyo menganggap acara berjalan dengan lancar. Ia pun mengusung tema yaitu ‘Dari warga dan untuk warga’. Maksudnya, segala sesuatunya juga dilakukan dengan warga kemudian untuk warga dan dilaksanakan oleh warga sendiri.  

“Sehingga masing-masing warga dapat menuangkan aspirasinya sendiri bagaimana mereka memeriahkan, mengimplementasikan dari masing-masing warga,” ujar Pitoyo.

 

Arti perayaan 17 Agustusan

Perayaan 17-an menurut Pitoyo untuk memberikan momen menyadarkan bagi warga bahwa dinamika atau dinamisnya suatu lingkungan, baik itu kekompakan, kegotong royongan, maupun kebersihan lingkungan dan lain sebagainya.

“Semua itu hanya bisa dilaksanakan dari masyarakat itu sendiri. Kami dari lingkungan RW ini hanya dapat membangun semangat kegotong royongan dan kebersamaan ini, jadi bisa dibilang dari kita, oleh kita dan untuk kita,” terang Pitoyo.

Sedangkan sambutan bahagia dilontarkan oleh salah satu warga, Qinara. Ia merasakan senang karena bisa sepeda bareng dengan orang banyak.

Dari rangkaian perlombaan atau acara yang digelar setelah vakum selama dua tahun, bisa dikatakan warga telah berhasil melepas kerinduan akan adanya kebersamaan dan mempersembahkan segala kebahagiaan dari mereka untuk mereka. MERDEKA…
(FIR)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.