SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Peran dan jasa kalangan santri dalam perjuangan kemerdekaan sudah tak terbantahkan. Karena itulah, menumbuhkan kembali semangat para pejuang dalam merebut kemerdekaan menjadi agenda sakral bagi dunia pesantren.

Seperti upacara rutin di setiap peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang dilakukan Pondok Pesantren Syaichona Cholil, Kelurahan Demangan, Kota Bangkalan, Rabu (17/8/2022).

Upacara yang diikuti ratusan santri itu pun unik karena mereka memakai sandal bakiak, termasuk petugas pengibar Bendera Merah Putih. Suara bakiak yang membentur pelataran menyeruak keheningan halaman Yayasan Ma’arif Syaichona Moh Cholil.

Meski mengenakan sarung dan kopiah, namun tidak mengurangi suasana khidmat gelaran Upacara 17 Agustus oleh ratusan santri.

Selaku pembina upacara, Pengasuh Ponpes Syaichona Cholil sekaligus dzurriyah Syaichona Moh Cholil, RKH Nasih Aschal mengajak para santri untuk melawan segala upaya yang akan menghapus NKRI sebagai negara beragam etnis dan kemajemukan melalui penguatan nilai-nilai Pancasila dalam diri para santri.

“Hari ini kita menghadapi tantangan-tantangan yang tidak kecil, hari ini kita harus bisa berani untuk mengatakan tidak kepada segala bentuk makar. NKRI adalah final, lawan segala bentuk upaya menghapus negara ini sebagai negara kesatuan atas dasar apapun. Termasuk atas dasar agama yang sebenarnya tidak diajarkan oleh para guru kita,” tegas kiai muda yang disapa Ra Nasih.

Ia menyatakan, Syaichona Cholil merupakan tokoh agama yang tentu mengerti dan memahami betul apa yang diajarkan dan terkandung dalam nilai-nilai Pancasila. Karena itu, para santri wajib melanjutkan untuk melestarikan kemerdekaan NKRI yang telah diperjuangkan Syaichona Cholil, para masyait, dan para pejuang lainnya.

“Syaichona Cholil telah benar-benar memberikan yang terbaik ke bangsa ini. Kita sebagai santri-santrinya tentu memiliki kewajiban dan tanggung jawab besar atas apa yang telah dilakukan Syaichona Cholil,” tegasnya.

Syaichona Cholil merupakan salah satu ulama besar yang berperan dalam melawan kolonialisme hingga turut andil dalam proses berdirinya organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).

PBNU bahkan memutuskan Puncak Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-99 (NU) digelar di Ponpes Syaichona Cholil, Kamis (17/2/2022) malam. Lokasi yang sama digelarnya Upacara 17 Agustus 2022 saat ini.

Ra Nasih menjelaskan, semangat perjuangan para masyaikh, guru, dan para pejuang harus selalu digelorakan para santri sebagai upaya memupuk semangat kebangsaan serta semangat untuk ikut mengawal kejayaan NKRI di masa mendatang.

Resolusi jihad yang selalu diceritakan kepada para santri, lanjutnya, tidak lepas dari peran besar para guru termasuk Syaichona Cholil yang mengajarkan kepada KH Hasyim As’ari, mengajarkan kepada KH Wahab Hasbullah tentang nilai penting mencintai negeri ini.

“Konsep hubbul wathon minal iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman) merupakan ungkapan yang lahir dari pemikiran pemikiran besar sosok Syaichona Cholil yang diajarkan kepada para santrinya,” jelas Ra Nasih.

Ia menambahkan, hari ini para santri tidak lagi berbicara kemerdekaan dengan senjata, tidak dalam konteks melawan penjajahan, atau tidak berada dalam keadaan negara terjajah. Tetapi perjuangan kemerdekaan yang telah dilakukan para pejuang harus dilanjutkan dengan wujud-wujud yang lain.

“Dengan memperkuat nilai Pancasila dalam diri masing-masing, kita lawan dengan pena yang selama ini menggantung di saku kemeja ini. Dengan pena ini, para santri melalui ilmu-ilmu Syaichona Cholil akan terus menjaga serta melestarikan budaya-budaya luhur yang telah ditanam oleh para pejuang,” pungkasnya. ****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.