Jakarta: Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta masuk dalam 29 ilmuwan internasional yang menjadi Mentor Peneliti Muda Indonesia. Dia adalah Fitria Rahmawati, Guru Besar Bidang Kimia dari Program Studi (Prodi) Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
 
Hal tersebut diumumkan The Conversation Indonesia. Ilmuwan dari berbagai bidang studi dan kepakaran itu berasal dari berbagai negara dan terafiliasi dengan sejumlah institusi bereputasi global, seperti AstraZeneca, Anjani Mashelkar Foundation, dan Smithsonian National Museum of Natural History.
 
Mereka akan mengikuti program mentoring selama sembilan bulan melalui program Science Leadership Collaborative 2022/2023. Mentoring ini sebagai upaya mendukung peneliti muda Indonesia menjadi pemimpin sains kelas dunia di masa mendatang.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Saya berjanji akan berkontribusi penuh sebagai mentor dan akan berupaya memantik semangat peneliti yang saya mentori,” kata Fitria dikutip dari laman unair.ac.id, Senin, 15 Agustus 2022.
 

Fitria menjelaskan program Science Leadership Collaborative (SLC) digagas The Conversation Indonesia yang didanai oleh The David & Lucile Packard Foundation. Program ini juga bekerja sama dengan beberapa media, Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, dan UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences.
 
Program Science Leadership Collaborative 2022/2023 dirancang The Conversation Indonesia, jaringan media nirlaba independen yang berfokus pada penyebarluasan hasil riset serta analisis mendalam kepada publik, secara kolaboratif bersama CARI!, CommonThread, Fraendi, dan RQ Genesis.
 
“Tujuan program SLC yaitu memfasilitasi program mentoring dari 29 peneliti muda Indonesia yang terpilih secara kompetitif dengan 29 mentor yang dipilih dari beberapa ilmuwan di dunia. Mentoring ini bersifat spesifik sesuai bidang keilmuwan dan area riset antara mentor dengan mentee,” papar dia.
 
Fitria berharap mentor dapat menjaga passion mentee dalam science dan riset. “Semoga juga bisa melaksanakan beberapa collaborative works sehingga mentee siap menjadi ilmuwan muda potensial pada Indonesia Emas 2045,” tutur dia.
 
Dalam program ini, ke-29 ilmuwan internasional yang berasal dari Jepang, India, Australia, Amerika Serikat, Prancis, dan tentu saja Indonesia akan berbagi pengalaman dan pengetahuan. Mereka juga diharapkan terlibat dalam berbagai kegiatan kolaboratif bersama peneliti yang didampingi, serta membantu memperluas jaringannya agar bisa menginisiasi riset-riset kolaboratif internasional di masa yang akan datang.
 

 

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.