Washington: Beberapa ekonom terkemuka di Amerika Serikat dan internasional mendesak AS untuk mengembalikan USD7 miliar kepada Afghanistan yang dibekukan dalam cadangan bank sentral ketika Taliban menguasai negara itu hampir satu tahun yang lalu.
 
“Kami sangat prihatin dengan bencana ekonomi dan kemanusiaan yang menerpa Afghanistan, dan khususnya dengan peran peraturan AS yang mendorong mereka (semakin terpuruk),” tulis 71 ekonom dan ahli strategis bisnis dalam sebuah surat yang diajukan kepada Presiden AS, Joe Biden dan Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, seperti dikutip AFP, Jumat 12 Agustus 2022. 
 
“Tanpa adanya akses ke cadangan devisanya, pusat bank Afghanistan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan normal dan esensial,” tulis mereka.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Tanpa pusat bank yang berfungsi, kondisi ekonomi Afghanistan diprediksi akan mengalami keruntuhan,” tambah mereka dalam surat tersebut.
 
Para penandatangan surat itu termasuk dari pemenang hadiah Nobel ekonomi, Joseph Stiglit dan Yanis Varoufakis yang menjabat sebagai Menteri Keuangan Yunani ketika negara tersebut tengah bernegosiasi dengan kreditur setelah keruntuhan ekonomi tahun 2008.
 
Dalam surat tersebut mereka berpendapat bahwa Amerika Serikat tidak dapat membenarkan pemegangan cadangan bank – yang telah dibekukan oleh bank Amerika Serikat karena pemerintah yang didukung Washington sebelumnya di Kabul jatuh ke tangan Taliban pada Agustus 2021.
 
Para ekonom mengatakan bahwa pemerosotan ekonomi dan pemotongan bantuan asing yang tajam oleh pendukung negara itu sebelumnya, setelah penarikan militer AS, telah berhasil mengirim ekonomi Afghanistan ke dalam keruntuhan.
 
“70 persen rumah tangga di Afghanistan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka,” tulis para ekonom.
 
“Sebanyak 22,8 juta orang –,yang merupakan separuh dari populasi negara tersebut,– menghadapi kerawanan pangan akut dan tiga juta anak-anak berada dalam resiko malnutrisi,” sebut para ekonom.
 
Situasi ini diperparah dengan penolakan Amerika Serikat untuk mengembalikan deposit bank sentral Afghanistan sebesar USD7 miliar dalam cadangan devisa serta USD2 miliar yang diblokir oleh Inggris, Jerman, dan Uni Emirat Arab (UEA).
 
“Cadangan mereka sangatlah penting dalam pemfungsian ekonomi Afghanistan, khususnya dalam mengatur pasokan keuangan, stabilisasi mata uang negara, dan juga membayar impor – terutama makanan dan bahan bakar – yang mana Afghanistan andalkan,” tulis mereka.
 
Para ekonom mengatakan bahwa penawaran AS baru-baru ini untuk memberikan Taliban akses terhadap sebagian uang itu dengan membentuk perwakilan internasional yang terpercaya untuk mengawasi keuangan, tidaklah cukup.
 
“Dengan semua hak, seluruh uang sebesar USD7 miliar tersebut merupakan hak milik orang-orang Afghanistan,” imbuhnya.
 
“Mengembalikannya kurang dari jumlah keseluruhan menghambat pemulihan ekonomi yang hancur,” pungkas para ekonom. (Gracia Anggellica)
 

(FJR)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.