Jakarta: Lilik Maslachah resmi dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Farmasi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair). Dalam pidatonya, Lilik menyampaikan penelitian berjudul Future Prespectives Obat Antimalaria Baru dan Model Terapi Adjuvant.
 
Lilik menuturkan kasus malaria di Indonesia pada 2021 mencapai 94.610 kasus. Papua menempati provinsi tertinggi, hingga mencapai 86.022 atau 90,9 persen kasus malaria.
 
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan terapi kombinasi berbasis artemisinin untuk malaria tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Plasmodium Falciparum. Namun, dosen senior FKH itu mengatakan faktor internal P. Falciparum dapat memengaruhi pola ekspresi protein sehingga menyebabkan efek patologi pada penderita.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Hingga kini belum ada vaksin antimalaria, sehingga masih sangat tergantung pada penggunaan obat anti malaria,” kata anggota Persatuan Dokter Hewan Indonesia itu dikutip dari laman unair.ac.id, Kamis, 11 Agustus 2022.
 
Lilik menuturkan selain solusi dari WHO, beberapa daerah di Indonesia juga banyak yang telah mengeksplorasi obat tradisional yang berasal dari bahan alam. Hal ini sebagai kombinasi baru dari formulasi obat antimalaria dan pengembangan formulasi nanopartikel.
 
“Paparan artemisinin secara in vitro (kultur sel) dapat menyebabkan overekspresi target aksi tryptophan-rich protein oleh promoter P. Falciparum,” papar dosen yang memiliki jurnal terindeks Scopus sejumlah 20 itu.
 
Lilik juga menerangkan penelitian secara in vivo (menggunakan hewan coba) pada rodent, artemisinin dapat menyebabkan perubahan pada leukosit. Dia menyebut untuk menurunkan tingkat kematian akibat malaria, beberapa hasil penelitian pada hewan model malaria melalui terapi adjuvant yakni pemberian MMP-inhibitor, deksametason, flavonoid, quercetin, inhibitor kinase, mikronutrien selenium, dan ekstrak tomat.
 
Selepas terapi tersebut menunjukkan perbaikan pada infeksi malaria. Selain ekstrak tomat, penggunaan ekstrak juwet dengan kloroquin juga dapat mempercepat mengusir parasit dan meminimalisir kekambuhan, memperbaiki peredaran darah, dan memperbaiki kerusakan organ hati, ginjal, paru dan otak pada hewan model malaria.
 
“Pengembangan formulasi nanopartikel ekstrak buah juwet mampu meningkatkan kemanjuran dan efek terapi. Artinya, penelitian terapi adjuvant masih sangat terbuka dan mempunyai prospek untuk terus dikembangkan,” tutur dia.
 
Lilik mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga, sivitas akademika Unair, dan setiap pihak yang memberikan dukungan, waktu, dan rasa kekeluargaan yang telah dibagikan untuknya.
 
Perempuan kelahiran Lumajang, 31 Maret 1968 tersebut menjadi Guru Besar FKH aktif ke-36, Guru Besar Unair sejak berdiri ke-550, dan Guru Besar Unair PTN-BH ke-258. Lilik berkomitmen menjalankan tanggung jawab moral seorang guru besar melalui karya dan pikiran yang bermanfaat bagi institusi, masyarakat, bangsa, dan negara.
 

 

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.