SURYA.CO.ID|SURABAYA – Perumahan Rungkut Harapan yang terletak di RW 2 Kelurahan Kalirungkut Kecamatan Rungkut Kota Surabaya terasa sejuk dengan keberadaan pohon-pohon yang tumbuh subur.

Misalnya pohon mangga, kelengkeng dan lain sebagainya. Semakin banyaknya kuantitas pohon nyatanya dapat menimbulkan limbah ranting pohon di lingkungan tersebut.

Ketua RW 2, Bambang Cahyo mengatakan permasalahan limbah ranting ini sebelumnya belum memiliki solusi.

Pasalnya kebanyakan warga melayangkan protes apabila ranting pohon dibakar karena menyebabkan polusi.

“Tapi kalau dibuang ke tempat pembuangan memerlukan biaya yang mahal sampai jutaan rupiah,” ungkap Bambang kepada SURYA.co.id, Minggu (7/8/2022).

Berangkat dari permasalahan tersebut, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) terdorong untuk membantu warga mendirikan Rumah Kompos Mandiri.

Warga mendapatkan pendampingan dalam melakukan pengomposan oleh tim Program Kemitraan Masyarakat UWKS diantaranya Dwi Haryanta, Fungki Sri Rejeki dan Endang Retno Wedowati.

Mulai dari melakukan perontokan pemisahan daun dengan dahannya, pengomposan masal hingga memanen kompos.

Sebelum melakukan pengomposan, warga menyiapkan bahan-bahan terlebih dahulu seperti larutan EM4, Gula, dan bahan limbah organik yang akan dikomposkan yaitu limbah perantingan (bisa ditambah limbah rumah tangga).

“Kami juga memberikan peralatan untuk pembuatan kompos seperti kerangka besi, kantong pengomposan hingga mesin pemotong sampah untuk merealisasikan rumah kompos ini,” ujar Dosen dari Fakultas Pertanian UWKS, Dwi Haryanta.

Pengomposan limbah ranting dilakukan di area lapangan. Dimana warga meletakkan limbah ranting di bawah sinar matahari selama seminggu untuk merontokkan daun dari dahan.

Setelah itu, limbah tersebut dimasukkan kedalam wadah yang terbuat dari kerangka besi yang dilapisi dengan karung sak hingga berbentuk kotak.

“Semua limbah perantingan yang sudah dijemur dimasukkan ke wadah dan setiap 20 cm diberi cairan larutan starter/EM4. Kemudian dipadatkan dengan menekannya menggunakan kayu dan terkahir ditutup dengan karung sak supaya dalam kondisi lembab,” ungkapnya.

Setelah masa inkubasi (3 bulan), kompos sudah siap dipanen dan dibagikan ke warga untuk melakukan urban farming tambulapot di rumah masing-masing. (zia)


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.