Jakarta: Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatra Barat (Sumbar) menetapkan kopi sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. Hal itu mengingat kopi produksi wilayah tersebut memiliki kualitas yang sangat baik.
 
“Salah satunya itu kopi arabica Solok Minang yang sangat enak. Sumbar bisa jadi pemasok yang tinggi kopi ke pasar internasional karena permintaan pasti selalu tinggi ke Indonesia,” ujarnya, saat berada di Padang, Sumbar, dilansir dari Antara, Minggu, 3 Juli 2022.
 
Menurut dia cupping score (penilaian kualitas kopi) kopi solok bisa mencapai nilai 85 poin dari maksimal 100 poin. Karena itu, ia menyarankan Pemprov Sumbar dapat menjadikan kopi jenis tersebut sebagai komoditas unggulan daerah.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Lebih lanjut, Menkop menyarankan para petani kopi dilibatkan dalam rantai bisnis kopi termasuk antara lain masuk ke dalam struktur kelembagaan koperasi dengan tujuan pembiayaan dari perbankan maupun lembaga pembiayaan lain lebih mudah masuk sehingga industri kopi di Sumbar semakin berkembang, bahkan hingga kancah global.

“Secara nasional, pemerintah telah menetapkan tanah-tanah perhutanan sosial yang dipinjamkan ke petani juga ditanami oleh berbagai bibit produktif, seperti sayur mayur maupun kopi. Sebab, saat ini isu produksi kopi di Tanah Air adalah terkait produktivitas Indonesia yang masih rendah,” ungkap dia.
 
Bagi Teten, petani kopi maupun pelaku usaha coffee shop penting untuk bergabung ke dalam koperasi, apalagi jika petani turut bergabung ke dalam rantai korporatisasi petani.
 
“Di Aceh sebagai contoh, kopi arabica Gayo sudah memenuhi permintaan kopi Starbucks tanpa lewat eksportir di Amerika dan Eropa, tapi melalui Koperasi BQ Baburayyan. Ini contoh sukses yang bisa diadopsi koperasi kopi lainnya,” ujar Menkop.
 
Sekretaris Daerah Sumbar Hansastri menyatakan bahwa kopi didaerahnya memang menjadi salah satu komoditas istimewa menimbang banyak coffee shop yang dibuka dan kalangan generasi muda menjadikan minum kopi semacam gaya hidup.
 
Produksi kopi di Sumbar sebanyak 2.775 ton untuk kopi robusta dengan luas lahan sekitar 18 ribu hektare. Adapun total produksi pada 2021 sebanyak 11.278 ton, sehingga mampu memenuhi kebutuhan lokal dan nasional, serta ekspor ke perusahaan kopi yang kebanyakan dilakukan secara perorangan.
 
Untuk itu, Hansastri mendukung pengembangan industri kopi melalui koperasi. Pihaknya juga telah mengusulkan Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengembangkan salah satu koperasi potensial yang siap diakselerasi agar bisa menjadi koperasi modern melalui kemitraan.
 

(ABD)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.