Jakarta: Cita-cita Kementerian Agama (Kemenag) menghadirkan pendidikan tinggi keagamaan yang inklusif dengan semangat moderasi beragama bukan lagi sekadar isapan jempol. Salah satunya di Universitas Islam Negeri Mataram (UIN Mataram).
 
Pada Wisuda ke-43 UIN Mataram, Ni Ketut Mayoni berhasil meraih gelar magister pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Hasil ini spesial sebab Ni Ketut beragama Hindu.
 
“Saya amat mengapresiasi semangat belajar Ni Ketut Mayoni meski menjadi satu satu-satunya mahasiswa pascasarjana yang duduk bersanding dengan ustaz namun tak membuatnya minder,” kata Rektor UIN Mataram Masnun Tahir dikutip dari laman kemenag.go.id, Jumat, 5 Agustus 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Masnun menyebut hal itu bisa jadi percontohan yang sangat baik. Terlebih, dalam konteks membangun moderasi beragama.
 
“Saya kira ini menjadi salah satu bukti kongkret di UIN Mataram telah mampu mencetak sarjana manajemen pendidikan islam dari kalangan non muslim,” kata Masnun.
 
Masnun menuturkan core value dari UIN Mataram adalah cendekia, terbuka dan unggul. Sehingga, siapa pun mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar.
 
“Ini juga sejalan dengan komitmen Gus Men (Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas) yang terus-menerus memberikan atensi dan intensi tentang moderasi beragama. Kampus UIN harus menjadi agen moderasi beragama,” kata dia.
 
Masnun menuturkan nilai-nilai moderasi beragama ini tidak sekadar menjadi komitmen qauly (perkataan). Tetapi juga menjadi komitmen fi’liy (laku social) serta komitmen manhajiy (pola pikir).
 
Sementara itu, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kurikulum UIN Mataram, Adi Fadli, menyebutkan lembaganya sepakat membangun jembatan ilmu pengetahuan interdisipliner serta interaktif dengan segala wawasan keilmuan yang lain. “UIN Mataram sudah menjadi role model jembatan peradaban keilmuan interaktif dalam membangun interdisipliner keilmuan,” ujar dia.  
 
Adi mengatakan adanya mahasiswa non-muslim pada wisuda UIN Mataram sebagai bukti citra Islam yang baik. Dia menuturkan Islam harus mampu menarik simpatik dari non-muslim guna membangun interaksi keagamaan yang konstruktif dalam bingkai Pancasila dan NKRI.
 
“Wisudawati yang beragama Hindu tersebut mencitrakan ada daya simpatik spirit keagamaan dalam bingkai Pancasila dan NKRI,” tutur dia.
 
Semangat tersebut, kata Adi, sejalan dengan moderasi beragama yang dicanangkan Kementerian Agama RI guna membangun harmonisasi antarumat beragama maupun intern umat beragama.
 

 
 
 

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.