SURYA.CO.ID,  SURABAYA – Di tengah semakin meningkatkan pengaruh perubahan iklim dari tahun ke tahun, PT Uni-Charm Indonesia Tbk menganggap penanganan terhadap pengurangan emisi CO2 sebagai issue prioritas utama yang harus diselesaikan.

Untuk itu, perusahaan di bidang manufaktur barang jadi dari kertas seperti popok, pembalut wanita dan tisu yang juga punya pabrik di Pasuruan tersebut, bekerja sama dengan PT Xurya Daya Indonesia (Xurya) berencana untuk memulai penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) pada tahun 2022 di Factory 1 yang terletak di kawasan industri KIIC, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk, Yuji Ishii.

“Pemasangan tahap 1 telah selesai di awal bulan Juli dan pada bulan Desember nanti direncanakan akan mulai beroperasi sebesar 6 MWp. Melalui upaya ini, sekitar 8 juta kWh dari energy yang digunakan dalam 1 tahun akan beralih ke green energy dan menargetkan untuk mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan dari pabrik sebesar 7,241 tCO2e,” ujar Yuji Ishii. Senin (1/8/2022).

Yuji Ishii menjelaskan, pihaknya menjadikan Ethical Living for SDGs sebagai slogan Perusahaan demi berkontribusi pada perwujudan masyarakat simbiosis, dan pencapaian SDGs sebagai tujuan (purpose) Perusahaan.

Adapun untuk salah satu tema utama yang diangkat adalah penanganan terhadap pengaruh perubahan iklim yang telah menjadi masalah Global di seluruh Dunia.

“Berkaca dari itu pula, kami sendiri akan melakukan pemasangan PLTS di 4 pabrik agar dapat mengurangi emisi gas CO2 ,” imbuhnya.

Selain itu, lanjutnya, dengan mempenetrasikan kebiasaan yang akan terhubung pada pembaruan dan konservasi energi di internal perusahaan secara luas, kami akan berusaha untuk mencapai target 100 persen beralih ke penggunaan energi terbarukan pada tahun 2030.

Sementara itu, Penanggung Jawab ESG proyek kelistrikan green energy untuk Unicharm Indonesia, Susetyaldi Rahardjo mengatakan, latar belakang dan upaya perusahaan dalam proyek kelistrikan ini sendiri sejalan dengan kebijakan dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia.

Di mana berbagai macam kebijakan, khususnya di sektor energi telah ditetapkan untuk melakukan penanganan terhadap masalah perubahan iklim secara proaktif dan salah satunya adalah Net-Zero Emission. yang mana untuk mencapai hal ini, telah ditetapkan target peralihan dari energi berbahan dasar fosil ke energi terbarukan sebesar 23 % pada tahun 2025.

“Menanggapi kebijakan pemerintah tersebut lah dan sesuai dengan slogan perusahaan yakni Ethical Living for SDGs yang berarti menerapkan kebaikan kecil di dalam kehidupan sehari-hari. Menyikapi semakin seriusnya pengaruh pemanasan global dan perubahan iklim, kami merasa perlu untuk menggunakan pembangkit listrik tenaga surya untuk mengurangi emisi CO2. Kami akan terus berusaha untuk berkontribusi pada perwujudan SDGs melalui berbagai upaya lainnya,” jelas Susetyaldi Rahardjo secara rinci.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.