Jakarta: Perusahaan penyedia resin plastik ramah lingkungan, Greenhope, menggunakan tiga teknologi dalam mengolah plastik ramah lingkungan, yakni Oxium, Ecoplas, dan Naturloop.
 
Teknologi ini yaitu oxobiodegradable dengan brand Oxium, yakni suatu zat aditif untuk membuat plastik konvensional terurai secara alami di alam dalam waktu 3-5 tahun saja. Kemudian biobased dengan brand Ecoplas, dan compostable dengan brand Naturloop yang terbuat dari nabati alami singkong asli Indonesia.
 
Melalui tiga teknologi ini, Greenhope diketahui telah masuk dalam Top 50 Real Leaders kategori Eco Innovation Award 2022. Real Leaders adalah sebuah komunitas yang beranggotakan para-CEO atau pendiri perusahaan dengan platform media global untuk membuat perubahan di dunia. Komunitas ini berbasis di Amerika dan dibentuk sejak 2010 silam.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Greenhope berada di posisi nomor 33, sebagai pionir di Indonesia yang telah memiliki konsep biodegradable technology ramah lingkungan,” tutur Head of Sales & Marketing Greenhope Arsika Ahmad, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 26 Juli 2022.

Sampah plastik jadi masalah besar

Apa yang dilakukan pihaknya karena kepedulian pada Indonesia, khususnya kini Tanah Air telah berada dalam kondisi darurat sampah. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan total sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 17 persen, atau sekitar 11,6 juta ton, disumbang oleh sampah plastik.
 
Meski jumlahnya lebih kecil bila dibandingkan dengan sampah organik dari sisa makanan, sampah plastik menjadi masalah besar karena sulit terurai secara alami di darat (TPA). Ironisnya, tidak semua sampah-sampah tersebut terkelola dengan baik di darat, KLHK mencatat, pada 2022 ada 42,8 persen atau 131.835 ton per tahun sampah tidak terkelola yang akhirnya menyebabkan kebocoran hingga ke sungai dan laut.
 

Dengan fakta ini, perlu dilakukan upaya yang holistik dalam menangani timbulan sampah, khususnya sampah plastik konvensional yang memerlukan ratusan tahun dapat terurai secara alami.
 
“Selain melakukan strategi penanganan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) kita memerlukan ‘R’ tambahan Return to Earth. Konsep Return to Earth merupakan proses sampah plastik terurai secara alami di alam terutama untuk kemasan-kemasan makanan, minuman dan lainnya yang tidak memungkinkan untuk didaur ulang,” kata Arsika.
 
Menanggapi soal masuknya Greenhope sebagai salah satu dari Top 50 Real Leaders kategori Eco Innovation Technology ini, CEO Greenhope Tommy Tjiptadjaja mengungkapkan perusahaan rintisan yang didirikannya bersama Sugianto Tandio itu memiliki visi untuk dapat bekerja sama untuk pengelolaan sampah plastik sehingga dapat menciptakan dampak lingkungan yang baik dan bertanggung jawab terhadap bumi.
 
“Dengan menciptakan produk berteknologi oxobiodegradable dan biobased, kami berharap bisa membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan sampah plastik yang sulit terurai di alam,” tegasnya.

Plastik berbasis pati singkong

Tidak hanya itu, dia menambahkan resin berbasis pati singkong yang dihasilkan oleh perusahaannya, merupakan bentuk kontribusi perseroan dalam memberdayakan petani singkong yang selama ini sulit memperoleh harga jual yang stabil.
 
“Di Greenhope, kami mengikuti sertifikasi Fair for Life dari Bio-Foundation Swiss yang bekerja sama dengan Grup IMO (Institute for Marketecology) sehingga dalam produksi bahan baku biobased plastic, kami bermitra dengan kelompok tani untuk membudidayakan singkong yang berkelanjutan,” urai Tommy.
 

(AHL)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.