Semarang: Kota Semarang terancam darurat sampah diperkirakan, dua bulan lagi. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang bakal penuh dan tidak lagi mampu menampung sampah dari seantero kota.
 
Hal ini diungkap langsung oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) FX Suranggono.
Menurutnya, setiap hari sampah yang masuk ke TPA mencapai 1.000 ton. Padahal, daya muatnya tinggal sedikit. Dia pun meminta pemerintah untuk segera mencarikan solusi.
 
“Kapasitas di sana (TPA Jatibarang) tinggal 60 ribu ton hingga 2 bulan ke depan. Padahal, luasan TPA mencapai 40 hektare,” jelas Suranggono di Semarang, Sabtu, 2 Juli 2022.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Di acara yang sama, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryati merespon masalah sampah di TPA Jatibarang. Dia mengaku Pemkot sudah mengetahui hal ini dan bakal segera melakukan penataan sampah yang masuk ke TPA tersebut. Pemkot juga sedang mencari solusi jangka panjang untuk masalah ini.
 
Untuk jangka pendek, dia meminta masyarakat untuk mengurangi sampah. Dia juga meminta kelompok UMKM yang memakai bahan daur ulang untuk lebih diberdayakan.
 

“Semua dinas kami minta untuk menyediakan lapak khusus untuk produk UMKM daur ulang. Bisa di car free day, bisa di ruang publik seperti taman, ataupun bekerja sama dengan minimarket,” ungkapnya.
 
Sebenarnya, masalah sampah di TPA Jatibarang sudah ada sejak beberapa bulan terakhir. Per 7 Maret 2022 lalu saja, Suranggono sudah mengungkap tempat tersebut sudah overload.
 
“TPA Jatibarang ini ada empat zona. Di mana zona terakhir ini kita buka dan masih bisa menampung. Namun secara keseluruhan bisa dibilang TPA Jatibarang ini overload,” katanya saat itu.
 
Di sisi lain, Kepala UPTD TPA Jatibarang Wahyu Heryawan sebenarnya sudah memberikan ide untuk mengatasi masalah sampah di sana. Dia menyarankan penggunaan teknologi termal seperti yang dipakai di Surabaya.
 
Sejauh ini, TPA Jatibarang masih memakai mesin sampah 3T yang sayangnya belum bisa mengurai sampah cukup banyak. Selain itu, ada juga teknologi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) biogas yang bisa mengurangi sampah organik 10 sampai 15 persen. Menurut Hermawan, teknologi termal bisa membuat sampah berkurang hingga 80 persen.
 
Teknologi termal juga diklaim bisa mengubah sampah dari jenis apapun, kecuali besi, batu, dan kaca, menjadi energi listrik. Listrik ini pun bisa dimaksimalkan oleh masyarakat di sekitar TPA.
 

(WHS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.