Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato hariannya pada Kamis (18/8) mengatakan tidak ada kendala objektif untuk menghalangi misi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mencapai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.

“Rusia harus segera dan tanpa syarat mengizinkan wakil-wakil IAEA ke PLTN itu,” katanya. Namun, ia juga menambahkan, pihak yang mengorganisir pemerasan nuklir tentu saja tidak dapat menjadi “pembawa” misi semacam itu.

“Rusia harus dengan segera dan tanpa syarat mengizinkan wakil-wakil IAEA ke PLTN dan juga menarik pasukannya dari wilayah sekitar PLTN. Dunia memiliki kekuatan untuk memastikan ini,” kata Zelenskyy. “Jika dunia tidak memastikan ini, kita bisa membuang begitu saja seluruh dokumen internasional mengenai keselamatan nuklir dan radiasi ke tempat sampah. Rusia sedang menghancurkan tatanan internasional ini.”

Seorang prajurit dengan bendera Rusia di seragamnya berjaga di dekat PLTN Zaporizhzhia di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, 4 Agustus 2022. (Foto: REUTERS/ Alexander Ermochenko)

Seorang prajurit dengan bendera Rusia di seragamnya berjaga di dekat PLTN Zaporizhzhia di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, 4 Agustus 2022. (Foto: REUTERS/ Alexander Ermochenko)

Sebelumnya, Zelenskyy bertemu dengan Sekjen PBB Antonio Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Lviv, kota di Ukraina Barat.

“Saya mengadakan negosiasi yang sangat substantif mengenai banyak topik hari ini dengan Presiden Turki Erdogan. Saya berterima kasih kepadanya atas dukungan tak tergoyahkan bagi kedaulatan dan integritas teritorial negara kita. Kami membahas kerja sama pertahanan, ekonomi dan energi,” katanya. “Saya berterima kasih kepada Turki atas kesediaannya mengambil peran pelindung dalam rekonstruksi Kharkiv dan wilayah Kharkiv. Ini adalah misi bagi negara yang benar-benar kuat. Hari ini, langkah pertama telah diambil – suatu perjanjian mengenai infrastruktur ditandatangani.”

Sebelumnya, Guterres menyerukan agar kawasan PLTN Zaporizhzhia “didemiliterisasi,” dengan menarik peralatan dan personel militer.

“Akal sehat harus diutamakan untuk menghindari tindakan apapun yang mungkin membahayakan integritas fisik, keselamatan atau keamanan PLTN,” kata Guterres. “Fasilitas ini tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer apa pun. Sebaliknya, perjanjian sangat diperlukan untuk membangun kembali Zaporizhzhia sebagai infrastruktur sipil semata dan untuk memastikan keselamatan daerah tersebut,” lanjutnya.

“Kita harus mengatakan apa adanya – setiap potensi kerusakan pada Zaporizhzhia adalah tindakan bunuh diri,” ujarnya.

Guterres mengatakan PBB memiliki kemampuan logistik dan keamanan untuk mendukung setiap misi IAEA untuk mengamankan PLTN, asalkan Rusia dan Ukraina menyetujuinya.

Zelenskyy, Guterres dan Erdogan juga membahas berbagai upaya untuk mengakhiri perang dan pengiriman biji-bijian Ukraina yang diperantarai PBB dan Turki. Selama berbulan-bulan Rusia menghalangi keberangkatan kapal pembawa biji-bijian itu dari kawasan Laut Hitam ke berbagai negara, termasuk negara-negara Afrika yang menghadapi bencana kelaparan. Sekitar 560 ribu ton biji-bijian telah dikirimkan sejauh ini, kata PBB. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.