redaksiharian.com – Literasi menjadi salah satu tolok ukur kualitas anak negeri agar bisa bersaing dengan dunia luar. Karena literasi merupakan jembatan untuk meraih cita-cita.Namun kenyataan saat ini, kurangnya minat baca masyarakat khususnya anak, membuat rendahnya kualitas literasi. Karena itu, Direktur Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI), Trini Haryanti, mengatakan bahwa angka buta huruf dan penggangguran harus ditekan sekecil mungkin. Salah satunya dengan menggiatkan program gemar membaca pada masyarakat.

“Dengan program literasi, program perpustakaan, program pustaka pintar, maka sejak dini, masyarakat sudah harus didekatkan akses membaca, akses buku, sehingga pengetahuannya meningkat,” tutur Trini, dalam acara ‘The Journey of Mobil Pustaka Pintar’ di Gedung Teater Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019).Dalam kesempatan yang sama, pendongeng sekaligus pemerhati anak, Awam Prakoso, menerangkan bahwa anak akan gemar membaca dimulai dari dia melihat lingkungan terdekat, khususnya orang tua. Ketika orang tua gemar membaca, anak juga akan gemar membaca.”Kalau bapaknya sering baca koran, maka anaknya sering baca buku, baca majalah,” ujar Awam.Lebih lanjut, Awam menerangkan bahwa mendongeng jadi salah satu metode yang bisa digunakan agar anak tertarik membaca buku. Menurutnya, dongeng yang betul justru bagaimana seorang pencerita mengambil referensi dari buku cerita, dari pengetahuan yang didapat dari buku.”Kalau dia (pendongeng) tidak mencari referensi dari buku, dia cuma punya keuntungan satu, yaitu ceritanya, pesan baiknya diserap oleh anak. Kalau diamengambil referensi dari buku, maka dua keuntungan yang dia peroleh, anak menerima pesan, kedua anak tergerak hatinya untuk mencintai buku,” jelas Awam.

Awam pun menuturkan, bercerita atau mendongeng kepada anak tidak perlu lama, sebentar saja cukup, tetapi harus berkelanjutan atau berseri. Dalam artian lebih baik singkat tapi sering, daripada lama tapi tidak rutin.