RedaksiHarian – Keberhasilan membangun motor yang mampu mendominasi kejuaraan memang tak selamanya menghadirkan surga bagi Ducati di MotoGP.
Neraka dipermalukan tim satelit sendiri juga membayangi pabrikan asal Borgo Panigale tersebut dalam dua musim terakhir.
Tahun depan, tantangan untuk merebut gelar makin besar bagi sang rider nomor 1, Francesco Bagnaia, maupun mantan ‘pemberontak’ yang kini menjadi sekutu yaitu Enea Bastianini.
Selain semangat revans dari runner-up kejuaraan, Jorge Martin (Pramac), yang akan kembali mendapat motor pabrikan Ducati, telah hadir sosok penantang baru yang juga bikin ngeri.
Sosok yang dimaksud tentunya adalah Marc Marquez.
Marquez meninggalkan kemewahan di tim pabrikan Honda demi mengejar gelar juara dunia kedelapan bersama tim satelit Ducati lainnya yaitu Gresini.
Ancaman sudah ditunjukkan Marquez dengan sebuah lesatan dalam tes pasca-musim pada akhir November lalu di mana dia sempat memuncaki catatan waktu lap tercepat.
Meski demikian, Tardozzi menegaskan bahwa tidak ada pengekangan terhadap pembalap tim satelit Ducati.
Kedelapan pembalap motor Desmosedici dibebaskan untuk mengejar hasil terbaik. Tak ada team order seperti yang ramai digunjingkan.
“Kami memiliki delapan pembalap Ducati yang kami perlakukan dengan cara yang jujur, sesuai dengan apa yang pantas mereka dapatkan dan tertulis dalam kontrak apa yang mereka miliki.”
“Mereka bisa melihat semua data dari semua pembalap lain. Tapi kami tidak akan pernah, tidak akan pernah menghentikan salah satu tim lain melawan tim pabrikan.”
“Mereka memiliki hak untuk melakukan yang terbaik, mereka memiliki hak untuk memiliki semua informasi untuk mengalahkan kami.”
“Maka terserah kami untuk memiliki pembalap terbaik dan performa terbaik. Semua tergantung pada tim pabrikan,” tambah pria yang dikenal karena selebrasi meledaknya itu.
Tardozzi lantas memberi contoh bagaimana Jorge Martin tetap mendapatkan motor yang sama dengan pembalap tim pabrikan Ducati sepanjang musim berjalan.
Ketegangan karena persaingan dalam perburuan gelar tampak jelas dari garasi Ducati dan Pramac setelah Martinator memaksa Bagnaia berjuang mempertahankan gelar hingga balapan terakhir.
Meski begitu, masih menurut Tardozzi, semua pemutakhiran yang diterima Bagnaia dan Bastianini diterima oleh Martin, yang mendapatkan kontrak langsung dari Ducati, dengan tepat waktu.
“Bahkan Martin tidak memiliki baut yang lebih sedikit dari kami pada tahun ini. Dia memiliki apa yang kami miliki dan dalam waktu yang sama,” ujar Tardozzi.
Situasi berbeda akan dialami empat pembalap yang akan menerima motor Ducati dari musim lalu. Marquez adalah salah satunya.
Mereka tidak akan menerima motor yang benar-benar sama dengan milik Bagnaia saat mengunci gelar pada balapan terakhir musim lalu di Valencia.
General Manager Ducati Corse, Gigi Dall’Igna, mengonfirmasi bahwa ada satu pemutakhiran yang tidak diwariskan karena kerumitannya.
Pembalap Gresini dan VR46 akan menerima motor yang serupa dengan Johann Zarco, pembalap Pramac yang tidak mendapatkan pembaruan hingga akhir karena pindah ke LCR Honda.
Terlepas dari keputusan itu, Tardozzi menegaskan kebahagiaan Ducati tidak akan berkurang meski gelar juara direbut oleh tim satelit mereka.
Tardozzi memberikan batas antara Ducati sebagai pabrikan dan Ducati sebagai tim pabrikan. Bagi Ducati pabrikan, tidak masalah siapapun yang menjadi juara.
“Gigi [Dall’Igna, General Manager] adalah Ducati dan ia memiliki delapan kemungkinan untuk menang,” ujar Tardozzi merujuk delapan pembalap motor Ducati pada MotoGP 2024.
“Saya di Ducati Lenovo, saya memiliki dua kemungkinan untuk memenangkan balapan. Jadi, tergantung pada tim ini untuk mengalahkan yang lain.
Tardozzi memaparkan bahwa menambah gairah dalam persaingan internal menjadi pendekatan Ducati untuk meningkatkan diri.
“Kami senang memiliki kompetisi internal seperti ini yang memungkinkan kami untuk berkembang dalam data,” kata Tardozzi.
“Para insinyur kami sangat senang memiliki delapan kemungkinan dengan delapan pembalap untuk melihat apa yang terjadi pada motornya,” tandasnya.