redaksiharian.com

    6SHARES

Makanan Bayi/ Foto: Shutterstock

Dream – Telur merupakan makanan yang lezat dan bernutrisi. Kandungan protein dan vitaminnya sangat tinggi dan berdampak luar biasa bagi tubuh. Hal ini membuat telur selalu jadi andalan sebagai menu sarapan, karena sangat mudah mengolahnya dan bergizi tinggi.

Pada bayi, biasanya telur tak kunjung diberikan hingga anak berusia satu tahun. Hal itu karena takut anak mengalami reaksi alergi seperti ruam, gatal atau keluhan lainnya.

Sebenarnya kapan waktu yang aman untuk memberikan telur pada si kecil? Menurut para ahli, 6 bulan usia baik untuk mengenalkan menu telur sebagai makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

© Shutterstock

Pada usia ini, bayi lebih mampu mentolerir protein yang lebih kompleks. Sekitar 2% bayi memiliki alergi telur, dan mereka yang alergi terhadap alergen umum lainnya cenderung juga alergi terhadap telur.

” Beberapa data menunjukkan bahwa bayi yang diberi telur setelah ulang tahun pertama mereka lebih mungkin mengembangkan gejala alergi daripada bayi yang diperkenalkan antara usia 4-6 bulan,” kata Daniel Boyer, M.D., seorang dokter anak di Farr Institute di Iowa, dikutip dari Fatherly.

Menghindari bayi dari alergen makanan justru meningkatkan kemungkinan kemunculan alergi pada bayi. Maka dari itu, telur sangat dianjurkan untuk dikonsumsi bayi. Selain kaya akan protein dan vitamin yang bagus untuk bayi, kandungan kolin yang dimiliki telur mampu membantu mengembangkan memori bayi.

Bila ingin memberikan telur sebagai menu MPASI, memang harus diperhatikan dengan seksama. Bisa saja muncul reaksi alergi pada anak seperti muntah, sakit perut, diare, mengi, kesulitan bernapas, gatal-gatal, atau bengkak. Dianjurkan untuk mengenalkan telur pada bayi saat di rumah dan berupa menu tunggal yang tak dicampur dengan menu makanan lain agar bisa melihat reaksinya.

Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita

Bayi Banyak Tidur Tak Selalu Baik, Bisa Juga karena Penyakit

Dream – Bayi usia 0 hingga 6 bulan memang memiliki durasi tidur yang lama. Terutama di usia 0 hingga bulan. Hal itu karena mereka terbiasa berada di dalam rahim di mana selalu tertidur.

Kita sering menganggap, bayi yang tidur nyenyak dan lama, kondisi kesehatan dan tumbuh kembangnya cukup baik. Tak rewel, kenyang dan termasuk bayi yang tenang. Faktanya ternyata tak selalu demikian.

© MEN

Biasanya, bayi tidur 14 hingga 17 jam sehari hingga empat bulan dan 12 hingga 15 jam hingga usia satu tahun. Pada bayi di bawah tujuh bulan bisa tidur hingga 19 jam, tergantung pada kebutuhan mereka untuk istirahat.

Tidur pada bayi meningkatkan perkembangan otak, pembangunan jaringan saraf, dan pembentukan perilaku. Ada beberapa faktor penyebab bayi tidur cukup lama, bisa karena memang si kecil tumbuh kembang dengan baik atau karena kondisi kesehatannya yang kurang.

Growth SpurtAktivitas tidur merupakan komponen penting untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan bayi dalam pertumbuhannya. Otak bayi memproduksi hormon pertumbuhan manusia (HGH) saat tertidur. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa bayi tidur lebih sering di siang hari dan tidur lebih lama di malam hari. Momen ini sering disebut growth spurt.

PenyakitBayi yang terus menerus tidur, menunjukkan tanda-tanda mengantuk dan lelah meskipun setelah tidur lama, dan kurang nafsu makan bisa menjadi pertanda bahwa bayi memiliki penyakit tertentu.

© Shutterstock

Gula Darah RendahBayi tampak lesu, tidur lebih lama dan kekurangan energi bisa memiliki kondisi gula darah rendah. Bisa juga bayi kurang peka terhadap suara dan cenderung sulit dibangunkan untuk makan.

Penyakit KuningKadar bilirubin yang tinggi saat bayi, membuatnya mengalami jaundice. Hal ini juga dapat menyebabkan bayi lebih mudah mengantuk, lesu, dan kurang nafsu makan.

Infeksi/PenyakitBayi mempunyai daya tahan tubuh yang jauh lebih rendah dari orang dewasa. Hal ini dapat menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi. Jika bayi mengalami demam, batuk, perubahan warna kulit, atau terlalu banyak tidur dan makan lebih sedikit, terdapat kemungkinan bayi terkena infeksi.

© Shutterstock

VaksinasiVaksinasi yang didapatkan bayi bisa menyebabkan efek samping ringan pada bayi seperti mengantuk dan lemas yang dapat berlangsung selama satu sampai dua hari. Bila demikian, terus berikan ASI agar si kecil cepat kembali fit.

Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: MomJunction

3 Masalah Kulit yang Sering Muncul di Wajah Bayi

Dream – Kulit pada bayi cenderung sangat sensitif dan sangat mudah iritasi. Saat terpapar udara dingin atau panas, bisa memerah, bahkan bersisik. Masalah pada kulit bayi ini biasanya mudah dikenali.

Kulit tampak merah, menebal, bahkan berdarah, terutama di bagian wajah. Hal ini lantaran wajah bayi seringkali dipegang diciumi. Kulit bayi, terkena debu dan keringat saja bisa bermasalah.

Penting bagi orangtua untuk memastikan kondisi tangan dan seluruh tubuh bersih saat memegang bayi, terutama bayi baru lahir. Waspadai juga beberapa masalah kulit yang sering terjadi di wajah bayi.

Eksim (Dermatitis Atopik)Pipi kemerahan bisa lucu, tetapi juga merupakan tanda eksim atau dermatitis atopik, salah satu kondisi kulit paling umum pada bayi. Bayi dengan eksim karena kulitnya cenderung kesulitan menjaga kelembapan. Efeknya menjadi kering, gatal, dan pecah-pecah hingga iritasi parah.

Sebanyak 65 persen pasien bayi mengalami gejala pada tahun pertama kehidupan dan 90 persen muncul gejala sebelum usia 5 tahun. Pemicu eksim ini antara lain bahan wol, panas, atau bahan kimia dalam sabun, wewangian, pelembap, dan deterjen. Waspadai tanda-tanda alergi musiman, asma, atau gejala karena konsumsi makanan tertentu.

Jerawat

Bukan hanya orang dewasa, bayi juga bisa mengalami jerawat. Jerawat pada bayi ini kerap muncul pada bayi yang baru lahir, tapi jangan khawatir karena jerawat tersebut akan hilang dengan sendirinya.

© Shutterstock

” Jerawat neonatus umumnya sembuh dengan sendirinya dalam waktu tiga bulan. Untuk sementara, buat nyaman kulit si kecil dengan pembersih ringan dan gunakan pelembap non-komedogenik yang bebas pewangi untuk melembabkan kulit bayi,” kata Britt Craiglow, M.D., seorang dokter kulit.

Milia

Merupakan kista kecil seperti mutiara putih dan dapat muncul di dahi, hidung, pipi, atau dagu. Milia sering terlihat saat lahir dan terjadi pada hingga 40 persen bayi baru lahir.

© Shutterstock

” Hindari untuk memencetnya karena malah bisa menyebabkan iritasi parah. Penyebabnya tidak diketahui secara jelas, tapi dalam hitungan minggu milia pada bayi baru lahir akan hilang dengan sendirinya,” ujar Craiglow.

Sumber: Parents