RedaksiHarian – Bezzecchi sempat dianggap bisa tertekan karena terus berada di bawah naungan nama Valentino Rossi.
Maklum, pembalap asal Italia itu merupakan lulusan dari akademi balap milik The Doctor di ranch VR46 Academy.
Kemudian saat debut di kelas premier pun, Bezzecchi bernaung di tim milik Rossi, VR46 Racing Team.
Keputusan rekan setimnya, Luca Marini yang juga sekaligus adik Rossi pindah ke Repsol Honda mulai musim MotoGP 2024 ikut menyorot bagaimana sudut pandang Bezzecchi menjadi pembalap yang terus diiidentikan dengan juara dunia sembilan kali tersebut.
Pasalnya, Marini merasa ingin berlepas diri dari embel-embel Rossi demi mandiri.
Bezzecchi pun sempat dinilai bisa tertekan karena sekarang dia akan memikul harga diri sebagai murid Rossi di tim milik VR46 sendirian.
Tetapi lebih dari itu, Bezzecchi bukannya tertekan.
Pembalap yang suka blak-blakan itu malah menuturkan bahwa mendapat naungan nama Valentino Rossi justru membuatnya makin termotivasi.
Merasa istimewa dan percaya diri, itulah yang dirasakan Bezzecchi selama ini.
“Ketika Anda tiba di level yang tinggi, Anda harus siap tampil dan bersiap dengan tekanannya.”
“Dan tentu tekanan itu akan selalu datang, cepat atau lambat,” tandasnya.
“Jadi itu normal. Tapi asal kalian tahu, saya merasa beruntung karena saya membalap dengan tim Vale sejak di kelas Moto2.”
“Saya rasa ini lebih ke semacam privilege daripada tertekan, karena pada akhirnya Vale sudah bekerja bersama saya bertahun-tahun dan dia selalu membantu saya setiap saat,” jelasnya.
Sebelumnya, pemenang tiga gelar juara seri MotoGP itu sempat dikaitkan dengan Prima Pramac. Tetapi pada akhirnya ia memilih menetap.
Satu hal yang terus disadari Bezzecchi mengapa ia betah berada di tim naungan Valentino Rossi adalah karena sifat Rossi sendiri.
“Dia (Rossi) bukan sosok bos tim yang berpura-pura. Dia ingin pembalapnya melaju cepat. Dan ketika ada pembalapnya yang kesulitan, dia adalah orang pertama yang akan datang membantu, tentu bersama-sama dengan kru tim kami,” kata Bezzecchi.
“Tapi jelas tentu saja tim ini masih tim satelit, ini yang membuatnya berbeda di MotoGP.”
“Kalau di tim pabrikan, pasti cara kerjanya akan lebih berbeda, dari pendekatan saat balapan, pengujian dan semuanya,” jelasnya.
Marco Bezzecchi akan berduet dengan Fabio Di Giannantonio yang menggantikan spot milik Marini yang hijrah ke Honda mulai MotoGP 2024.
Di Giannantonio sendiri menandai tonggak sejarah baru, di mana ia menjadi pembalap non-akademi VR46 pertama yang terpilih di kelas mana pun dalam skuad tim VR46 Racing.
Diggia, panggilan akrabnya, juga sangat bersyukur diselamatkan oleh Rossi karena diberikan kesempatan untuk tetap menetap di kelas MotoGP pada musim depan.
Pembalap asal Italia itu memang nyaris menganggur akibat tergusur dari timnya sendiri, Gresini, yang lebih memilih menampung Marc Marquez.
“Memang selalu menyenangkan untuk bersama Valentino.”
“Mereka (VR46) adalah kelompok yang sangat solid dalam bekerja, yang selalu saya kagumi atas apa yang mereka lakukan.”
“Selalu ada sesuatu yang bisa dipelajari dari sosok Valentino,” tandas Diggia yang sebelumnya baru bisa berkomunikasi dengan Rossi via telepon.
“Tim baru saya menyambut saya dengan tangan terbuka, itu luar biasa,” kata Diggia sesaat setelah menjalani tes MotoGP Valencia pada November lalu.
“Itu membantu saya untuk beradaptasi. Saya sangat terbantu untuk menyesuaikan diri. Mereka selalu menemukan suasana yang tepat,” kata Diggia.