redaksiharian.com – Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029 baru akan digelar pada 14 Februari 2024. Kendati demikian, dinamika terus mewarnai ruang diskusi publik, terutama berkaitan dengan calon presiden dan wakil presiden.

Khusus untuk capres, sejauh ini terdapat tiga nama yang merajai pelbagai survei, yaitu Gubernur Jawa Tengah yang juga politikus PDIP Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.Kendati demikian, belum ada kepastian apakah nantinya ketiga sosok di atas benar-benar akan mengikuti kontestasi pilpres tahun depan. Sebab, politik penuh dengan ketidakpastian.Salah satu pertanyaan yang kerap timbul dan juga ditanyakan publik, wabilkhusus investor, adalah berapa pasang capres dan cawapres yang akan bertarung tahun depan?Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai kemungkinan Pilpres 2024 paling banyak hanya akan ada tiga poros atau tiga pasangan capres dan cawapres.Pertama, poros Ganjar yang ditopang PDIP dan PPP. Kedua, poros Prabowo yang beranggotakan Gerindra dan PKB.Untuk poros Prabowo, Ujang bilang kalau poros itu akan solid apabila Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menjadi cawapres. Lantas, bagaimana jika bukan Cak Imin?”Pak Prabowo harus punya cadangan partai lain untuk tetap bisa mendapatkan 20% dukungan untuk menjadi capres dengan pasangannya. Kalaulah misalkan Prabowo dengan Cak Imin jadi berarti kan sudah ada dua poros atau misalkan Prabowo dengan Erick, tidak tahu, apakah Cak Imin legowo gitu, itu bisa menjadi poros tersendiri juga,” ujar Ujang kepada CNBC Indonesia, kemarin.

“Atau pilihannya nanti ada dukungan dari PAN kepada Gerindra gitu. Tetapi kalau Gerindra dengan PAN kurang 20% sehingga harus menambah lagi kursi partai lain untuk bisa 20%. Katakanlah Prabowo dengan pasangannya bisa satu poros sendiri,” lanjutnya.Ketiga, poros Anies yang ditopang tiga partai, yaitu NasDem, Partai Demokrat, dan PKS.Akan tetapi, menurut Ujang, tiga poros pun dapat berkurang menjadi dua poros. Dia menyoroti isu potensi kegagalan Anies menjadi capres apabila Demokrat diambil alih oleh Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko via peninjauan kembali (PK) di Mahkamah Agung.”Maka kemungkinan menyisakan dua poros. Jadi soal tiga poros, empat poros, saya melihatnya paling banyak tiga poros dan mungkin juga bisa 2 poros. Tergantung apakah Anies-nya terjegal atau tidak ini yang menentukan untuk bisa tiga poros atau dua poros poros itu,” kata Ujang.”Kalau Aniesnya tidak bisa nyapres, terjegal gitu, dengan dinamikanya sendiri, maka akan ada dua poros. Bisa poros Ganjar dengan Prabowo dan pasangannya masing-masing,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Ujang mengingatkan kalau politik tidak ada angka pasti, sifatnya selalu berubah dan dinamis. Ke depan masih akan ada banyak perubahan terkait dinamika koalisi pasangan capres dan cawapres.

“Saat ini masih dinamis. Saya sih melihatnya paling banyak tiga poros, minimal dua poros, itu yang kelihatannya akan membentuk koalisi ke depan. Poros-poros itu akan terbentuk sesuai kepentingan dan tentu dengan dinamikanya sendiri yang terjadi ke depan,” ujar Ujang.