redaksiharian.com – Bertolak sejauh 25 km menjauhi Kota Mekah, Arab Saudi , sebuah peternakan unta tersebar di beberapa titik di Hudaibiyah. Meski unta adalah hewan khas padang pasir seperti di Arab Saudi , namun sekarang ini jumlah peternakannya semakin sedikit.Unta adalah kendaraan hebat pada zamannya. Hewan itu dimanfaatkan manusia untuk menerjang padang pasir dengan jarak panjang.Konon daya tahan unta mampu berjalan sejauh 40 km dengan tunggangan. Ini terjadi di masa Rasulullah. Dikisahkan, unta yang ditunggangi baginda tiba-tiba berhenti dan terduduk yang jika dihitung sudah berjalan sejauh 40 km.Mungkin ini pula yang jadi alasan muslim diberikan rukhsah salat jamak/qasar jika sudah melalui perjalanan dua masala. Di mana satu masala sekitr 40 km, sesuai kemampuan unta berjalan.
Sajian unta dalam kuliner tanah arab juga tak bisa dipisahkan. Hanya saja saat ini tak banyak restoran yang menjual daging unta .Adalah unta muda usia 3-5 bulan yang paling lezat untuk dikonsumsi. Dagingnya empuk, meski teksturnya besar-besar namun lembut. Mudah dipotong dengan sendok plastik sekalipun.Muhammad dari restoran Kabsa Hasyi mengatakan peminat olahan unta di Mekah tak sebanyak kambing dan ayam. Malah jumlah restorannya tak lebih dari jumlah jari tangan.Meski demikian, sajian daging unta kerap dicari jika ada jamuan istimewa atau pertemuan penting. Dia menjual hanya dua varian olahan daging unta . Nasi mandhi dan juga kari.Satu porsi nasi mandhi dihargai 114 riyal, harga yang cukup tinggi untuk ukuran sajian di Mekah. Nasi mandhi yang diungkep dengan banyak bumbu dan rempah khas timur tengah digabungkan dengan potongan daging unta yang sebelumnya telah dimasak lama hingga bumbunya menyerap.Disajikan dengan irisan lemon, onion, serta sambal mandhi, menyantap sajian ini harus dengan tangan telanjang agar lebih nikmat lagi.Menu kari daging unta lain lagi. Tak jauh beda dengan olahan kari lainnya, namun saat menyantapnya dipasangkan dengan roti arab. Sebuah petualangan kuliner yang tak biasa.***