Ribuan orang Hindu India, Kamis (30/6), memulai ziarah tahunan melalui gunung-gunung dan padang-padang rumput ke sebuah gua es Himalaya di Kashmir yang dikuasai India di tengah pengamanan ketat.
Kegiatan ziarah itu sendiri berlangsung di bagian Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim.
Para pejabat mengatakan para peziarah menghadapi ancaman serangan yang meningkat dari para pemberontak yang menentang kekuasaan India. Pihak berwenang untuk pertama kalinya menandai jamaah dengan sistem pelacakan nirkabel. Mereka juga mengerahkan sejumlah drone untuk pengawasan.
Kegiatan keagamaan tersebut kerap menjadi sasaran serangan di masa lalu oleh para tersangka pemberontak Muslim yang menuduh India memanfaatkannya untuk memperkuat cengkeramannya atas wilayah yang disengketakan. Kegiatan ziarah tahun ini berlangsung setelah dua tahun ditangguhkan karena pandemi virus corona.
Para peziarah memulai perjalanan mereka yang sulit pada Kamis pagi melalui jalur pegunungan berhutan dengan pemandangan puncak bersalju.
Beberapa di antara mereka mengendarai kuda poni atau tandu kayu yang dibawa oleh kuli. Beberapa lainnya melantunkan himne keagamaan dalam perjalanan mereka untuk berdoa di kuil Amarnath yang terletak dalam gua gunung yang disucikan, di mana umat Hindu menyembah Lingam, stalagmit es yang terbentuk secara alami di dalam gua, dan dianggap sebagai inkarnasi Siwa, dewa kehancuran.
Di masa lalu, ziarah umat Hindu ini ditarget oleh para pemberontak yang memperjuangkan kemerdekaan Kashmir dari India atau penggabungannya dengan negara tetangga Pakistan sejak 1989.
Pada tahun 2017, orang-orang bersenjata menembakkan peluru ke sebuah bus yang membawa para peziarah Hindu di wilayah tersebut, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai 19 lainnya ketika mereka kembali dari kuil Amarnath.
Pemerintah India menyalahkan pemberontak Muslim atas serangan itu. Namun, para pemimpin separatis menuduh badan intelijen India melakukan serangan semacam itu untuk menyabotase perjuangan Muslim untuk menentukan nasib sendiri.
Banyak Muslim Kashmir telah lama mengeluh bahwa pemerintah mengekang kebebasan beragama mereka dengan dalih hukum dan ketertiban sementara mempromosikan dan melindungi kegiatan ziarah umat Hindu.
Sedikitnya 50 peziarah tewas dalam puluhan serangan yang dituduhkan dilakukan oleh militan dalam tiga dekade terakhir. Namun, ratusan orang juga tewas karena kelelahan dan terpapar cuaca buruk selama perjalanan di pegunungan berselimut salju itu. (ab/lt)
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.