Para pejabat Ukraina mengatakan rudal-rudal Rusia menghantam Vinnytsia, kota di Ukraina Tengah, hari Kamis (14/7), menewaskan sedikitnya 12 orang dan mencederai 25 lainnya.
Polisi mengatakan tiga rudal menghantam sebuah gedung perkantoran di pusat kota dan merusak gedung-gedung hunian di daerah itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan di antara yang tewas terdapat seorang anak-anak.
“Setiap hari Rusia menghancurkan populasi sipil, membunuh anak-anak Ukraina, mengarahkan rudal ke objek-objek sipil di mana tidak ada sasaran militer. Apa ini kalau bukan tindakan terbuka terorisme?” tulis Zelenskyy dalam aplikasi pesan Telegram.
Rusia membantah telah menarget sasaran-sasaran sipil.
Ekspor Gandum
Sekjen PBB Antonio Guterres, Rabu (13/7) mengatakan ada “kesepakatan luas” mengenai suatu perjanjian antara Rusia dan Ukraina, dengan Turki dan PBB, untuk mengekspor jutaan ton gandum dan biji-bijian Ukraina yang tertahan di silo sejak invasi Rusia pada 24 Februari.
“Hari ini merupakan langkah penting dan substantive,” kata Guterres kepada wartawan mengenai perkembangan pembicaraan empat pihak di Istanbul. “Suatu langkah mengenai cara menuju persetujuan komprehensif.”
Pemimpin PBB itu memecah sikap membungkamnya mengenai perundingan itu, menunjukkan pada pernyataan menteri pertahanan Turki, yang mengatakan ada kesepakatan dalam poin-poin penting, di antaranya pembentukan pusat koordinasi dengan Rusia, Ukraina dan PBB; kesepakatan mengenai pemeriksaan gandum di pelabuhan; dan memastikan keselamatan kapal-kapal kargo yang membawa gandum serta biji-bijian lainnya keluar dari Odesa.
“Tentu saja, ini adalah pertemuan pertama,” kata Guterres. “Kemajuannya sangat membesarkan hati. Sekarang, para delegasi kembali ke ibu kota masing-masing, dan kami berharap langkah berikutnya akan memungkinkan kita untuk mencapai persetujuan resmi.”
Meskipun Guterres tidak dapat memprediksi kapan persetujuan akhir akan siap, ia mengatakan berharap semua pihak akan berkumpul kembali pekan depan dan membawa persetujuan akhir. Kapan pun itu, ujarnya, ia akan siap pergi ke Istanbul untuk menandatanganinya.
Seorang pejabat PBB yang mengetahui pembicaraan itu mengatakan ada pertemuan penting pihak Rusia dan Ukraina di mana mereka dapat mencapai banyak kemajuan dalam poin-poin sulit.
Lebih dari 20 juta ton gandum dan biji-bijian Ukraina disimpan di silo di Odesa, pelabuhan di kawasan Laut Hitam, dan puluhan kapal telantar karena blokade Rusia. Turki mengatakan ada 20 kapal niaga yang menunggu di kawasan itu yang dapat segera dimuati dan dikirim ke pasar dunia.
Kesepakatan mengenai gandum itu telah dibahas selama berbulan-bulan, dengan para pejabat PBB menyatakan kekhawatiran tidak lama setelah perang dimulai mengenai konsekuensinya bagi ketahanan pangan global jika Ukraina, salah satu eksportir gandum utama dunia, tidak dapat mengirimkan hasil panennya.
“Sungguh, kegagalan untuk membuka pelabuhan-pelabuhan di kawasan Odesa akan merupakan pernyataan perang terhadap ketahanan pangan global,” kata Direktur Program Pangan PBB (WFP) David Beasley dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB pada 19 Mei lalu. “Dan ini akan menyebabkan bencana kelaparan dan destabilisasi serta migrasi massal di seluruh dunia.”
WFP mengatakan 276 juta orang di seluruh dunia menghadapi kelaparan akut pada awal tahun ini. Mereka memproyeksikan angka tersebut akan meningkat 47 juta orang jika konflik di Ukraina berlanjut, dengan peningkatan terbesar di kawasan sub-Sahara Afrika. [uh/ab]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.