Iran mengatakan telah menanggapi proposal akhir yang diperantarai Uni Eropa (UE) mengenai dihidupkannya kembali perjanjian nuklir 2015, meskipun rincian mengenai tanggapan itu tidak segera dirilis.

Kantor berita resmi IRNA melaporkan pada 16 Agustus bahwa para perunding telah mengirimkan jawaban mereka dan menyatakan bahwa Teheran masih tidak akan menerima proposal UE, meskipun ada peringatan bahwa tidak akan ada lagi perundingan.

“Perbedaan pendapatnya adalah mengenai tiga masalah, di mana AS telah menyatakan fleksibilitas verbalnya dalam dua kasus, tetapi ini harus dimasukkan ke dalam naskah,” kata IRNA. “Masalah ketiga terkait dengan jaminan keberlanjutan kesepakatan, yang bergantung pada realisme AS.”

“Iran telah menyerahkan tanggapan tertulis terhadap naskah rancangan kesepakatan Wina dan telah mengumumkan bahwa suatu kesepakatan akan dicapai jika AS bereaksi dengan realisme dan fleksibilitas,” kata IRNA.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dikutip oleh IRNA mengatakan bahwa “pihak Amerika secara lisan telah menyetujui dua permintaan yang diajukan” Teheran.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell memberikan keterangan kepada media setibanya di Brussel untuk menghadiri pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa, Senin, 18 Juli 2022. (AP/Virginia Mayo)

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell memberikan keterangan kepada media setibanya di Brussel untuk menghadiri pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa, Senin, 18 Juli 2022. (AP/Virginia Mayo)

Seorang juru bicara diplomat tertinggi UE, Josep Borrell, mengukuhkan bahwa Teheran telah mengirimkan tanggapannya dan menyatakan tanggapan itu sedang dikaji.

“Kami sedang mempelajarinya dan berkonsultasi dengan para partisipan JCPOA lainnya dan AS untuk ke depannya,” kata juru bicara itu. JCPOA mengacu pada singkatan resmi perjanjian nuklir 2015. Ia tidak memberi rincian apapun mengenai isi tanggapan Iran.

Kemungkinan menghidupkan kembali kesepakatan, yang dapat mengarah pada pencabutan sanksi-sanksi AS terhadap produksi minyak Iran, telah membantu memicu penurunan harga minyak global.

Perjanjian penting itu mandek sejak Presiden AS Donald Trump mundur dari kesepakatan itu pada tahun 2018, dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi yang melumpuhkan.

Negara-negara utama yang bernegosiasi dengan Iran telah menunggu-nunggu tanggapan naskah akhir yang diajukan Borrell pekan lalu.

IRNA mengutip seorang diplomat Iran yang tidak disebut namanya yang mengatakan bahwa “proposal Uni Eropa dapat disetujui selama memberikan jaminan bagi Iran mengenai berbagai hal terkait sanksi dan perlindungan” serta isu-isu yang tertunda dengan Badan Energi Atom Internasional.

Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia memulai kembali pembicaraan dengan Iran mengenai perjanjian itu pada awal Agustus setelah jeda selama berbulan-bulan. AS berpartisipasi dalam pembicaraan itu secara tidak langsung. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.