redaksiharian.com – Co-Founder platform diskusi Tumbuh Makna Fenny Tjahyadi menilai tidak terlihat adanya korelasi spesifik antara tahun politik dengan kinerja produk keuangan di pasar modal secara umum, terlepas dari adanya peningkatan aktivitas ekonomi terutama di sektor konsumer.

Investor justru lebih memperhatikan sentimen lebih besar yang bermain di pasar di level global, seperti kekhawatiran terjadinya resesi ringan di Amerika Serikat (AS) dan negara Eropa pasca kenaikan agresif bunga acuan untuk memerangi inflasi.

“Saya melihat beberapa sentimen global tersebut yang selama ini menahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk dapat bergerak lebih tinggi, padahal valuasi pasar saham kita saat ini berada di level yang atraktif,” kata Fenny dalam seminar bertajuk “Siap-Siap Tahun Politik 2024: Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia“, seperti dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

Rasio harga saham terhadap laba alias price to earnings ratio (PER) IHSG saat ini berada di level 13,7 dibandingkan dengan kondisi di awal pandemi COVID-19 ketika IHSG terkoreksi hingga 3.900 waktu itu, di sekitar level 13,2. Tetapi, kata dia, ini justru yang menjadikan kondisi saat ini sebagai kesempatan untuk mengakumulasi posisi.

Selain itu, terdapat sentimen global lainnya dari Tiongkok yang mempengaruhi pasar modal RI. Sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, hingga saat ini Negeri Panda masih belum memperlihatkan adanya traksi pertumbuhan yang optimal.

Dalam pandangan Head of Research & Investment Connoisseur Moduit Manuel Adhy Purwanto, pemilihan umum (pemilu) bukanlah faktor utama yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar.

“Kami selalu melihat masa depan secara optimistis karena secara historis politik domestik tidak terlalu berpengaruh besar terhadap iklim investasi,” ucap Adhy dalam kesempatan yang sama.

Dalam pemilu tahun depan, menurut Adhy, tentu akan ada tantangan dan peluang. Namun, hal tersebut bisa disikapi dengan melakukan diversifikasi dan lebih melihat kondisi ekonomi global dan domestik.

Dengan suku bunga yang sudah mendekati puncak, pilihan investasi di obligasi juga masih sangat menarik. Sedangkan untuk kelas aset saham akan tergantung dari pergerakan masing-masing saham.

Memasuki tahun politik, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya berpendapat kondisi ekonomi politik nasional dalam kondisi stabil. Hal tersebut tidak lain karena berdasarkan beberapa survei belakangan, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo sangat tinggi sehingga terjadi stabilitas di berbagai bidang terutama bidang sosial, ekonomi, dan politik.

“Saya kira saat ini stabilitas nasional kita terjaga dengan baik. Selepas pandemi, tren pertumbuhan ekonomi kita terjaga, karena itu publik juga merasa bahwa saat ini kondisinya bagus,” kata Yunarto.

Maka dari itu, sambung dia, tidak heran kepuasan terhadap pemerintahan saat ini mencapai level yang tinggi, khususnya pada bidang ekonomi, dimana inflasi menurun sehingga membuat publik menjadi bergairah dalam melakukan kegiatan bisnis setelah pandemi.