Bagian atas Menara Steinway di Kota New York bergerak beberapa meter ketika angin bertiup. Penyebabnya, pencakar langit terbaru di Manhattan itu tinggi dan ramping. Gedung itu sangat ramping sehingga diklaim ‘paling ramping’ di dunia.
Dirancang firma arsitektur New York SHOP Architects, gelar “pencakar langit paling ramping di dunia” didapat karena rasio lebar dan tingginya yang sulit masuk logika: 1 banding 23 1/2. Arsitek utama gedung apartemen 84 lantai itu,
Gregg Pasquarelli, menjelaskan, “Rasio kelangsingan adalah lebar dikali tinggi.”
“Jadi, rasio satu banding 10 atau lebih itu dianggap bangunan ramping. Satu sampai 15 atau lebih dianggap eksotis, dan sangat sulit dilakukan. Bangunan paling ramping di dunia kebanyakan ada di Hong Kong, dan rasio bangunan-bangunan sekitar satu banding 17 atau 18. Rasio bangunan ini satu banding 23 setengah. Jadi, dibutuhkan lompatan luar biasa dalam teknologi untuk membangunnya,” jelasnya.
Dengan melihat grafik dan membandingkan menara itu dengan bangunan-bangunan lain di Kota New York, rasio itu akan lebih jelas.
Carol Willis, pendiri dan direktur Museum Pencakar Langit memaparkan, “Ini adalah profil 111 West 57th Street, dan cetak birunya. Di sini kita lihat bentuk bangunan dan kita bisa lihat betapa kecil gedung itu. Rasio luas dibandingkan dengan tingginya, satu banding lebih dari 23.”
Menara itu terdiri dari 60 unit apartemen. Satu unit ditawarkan dengan harga $18 juta hingga $66 juta. Dari tiap unit, tampak pemandangan kota 360 derajat.
Terletak tepat di selatan Central Park, taman luas di tengah Kota New York, bangunan ini berada di 57th Street, Manhattan, kawasan yang dikenal sebagai “Billionaires’ Row” atau hunian para miliarder. Dengan tinggi 435 meter, ini menara hunian tertinggi kedua di benua Amerika setelah Menara Central Park di dekatnya yang tingginya 470 meter.
Sebagai perbandingan, menara tertinggi di dunia adalah Burj Khalifa di Dubai dengan tinggi 828 meter. Tetapi untuk membuat bangunan menjadi sangat ‘tipis’, harus dilakukan beberapa penyesuaian dimulai dari jumlah lift.
Pasquarelli menjelaskan, “Jadi pada dasarnya ada dua poros dengan lift yang bertumpuk. Bagian atas untuk penumpang dan bagian bawah untuk servis. Lift bergerak naik turun pada poros itu. Jadi meskipun dua poros, tersedia empat lift.”
Gedung pencakar langit itu juga lebih rentan terhadap unsur alam, termasuk angin. Untuk mengatasinya, dibuat fondasi yang kuat dengan sekitar 200 jangkar batu sampai kedalaman 30 meter di bawah batuan dasar.
Fasadnya terbuat dari kaca dan bertekstur terakota dan perunggu untuk menghasilkan turbulensi yang memperlambat kecepatan gerak bangunan.
“Selain itu kami memperlambatnya dengan memasang peredam massa besar di bagian atas. Beratnya 800 ton dan terbuat dari baja padat yang merupakan gabungan pelat yang dipasang sedemikian rupa sehingga ketika bangunan bergerak ke satu arah, peredam ini bergerak pada sisi yang lain untuk memperlambatnya,” tambah Pasquarelli.
Steinway Tower memiliki sejarah panjang sebagai bekas lokasi Steinway Hall, yang dibangun pada 1924. JDS Development Group dan Property Markets Group membeli gedung itu pada 2013. Kini bangunan itu siap menjalani hari-hari barunya.[ka/lt]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.