redaksiharian.com – Hampir setiap tahun mudik sudah menjadi tradisi bagi perantau dari kampung halamannya. Saat momen lebaran tiba, para perantau akan melepas rindu pada keluarga yang selama ini ditinggalkan.

Tak hanya itu, tradisi Idul Fitri pun begitu melekat di kampung halaman, banyak melibatkan keluarga dan tetangga tetangga terdekat.

Saat Idul Fitri tiba hal yang biasa dilakukan yaitu sholat ied bersama keluarga dengan menggunakan pakaian baru hingga memakai wangi-wangian.

Setelah itu, ada tradisi yang wajib dilaksanakan pada saat lebaran yakni sungkeman atau saling meminta maaf kepada orang tua, keluarga dan tetangga.

Para saudara datang berkunjung ke rumah dengan niat bersilaturahmi, saling bersalaman memohon maaf lahir dan batin agar kembali fitri.

Lebaran juga identik dengan tradisi halal bihalal, tradisi ini membuat banyak orang melakukan silaturahmi dengan mengunjungi sanak saudara serta kerabat dekat untuk meminta maaf. Namun sedihnya, perkembangan teknologi yang semakin maju membuat tradisi halal bihalal ini sering dilakukan melalui smartphone.

Maka dari itu, berbeda dengan keberadaan orang-orang di kampung halaman yang masih menetapkan tradisi berkunjung ke rumah-rumah. Adapun tamu yang datang ke rumah tidak hanya disuguhkan kue atau camilan, makanan berat seperti ketupat dengan sayur opor, ketupat hingga rendang akan disuguhkan oleh tuan rumah.

Selain itu, tradisi yang biasanya dilakukan setelah selesai bersalaman yakni mengunjungi atau berziarah ke makam keluarga yang sudah mendahului kita untuk mendoakan.

Setelah semua selesai tradisi yang juga dilakukan di kampung halaman yaitu membekali anak-anak angpau untuk anak kecil.

Semoga tradisi – tradisi ini tetap bertahan dan lestari sepanjang masa lebaran, karena hal tersebut menjadi sangat penting dan bersejarah jika dilakukan setiap tahun.

Apalagi dengan kebiasaan yang dilakukan di kampung halaman akan terus melekat sampai kita tua, karena beberapa orang yang merantau maupun pribumi dari kampung halaman tertentu akan merasa kehilangan jika tradisi tersebut tidak dilakukan. (Indriani Rencani Puteri)***