redaksiharian.com – Minat perusahaan untuk menghimpun dana lewat pasar modal melalui aksi penawaran saham umum perdana atau initial public offering ( IPO ) masih tinggi. Ini terefleksikan dari jumlah perusahaan yang telah menuntaskan atau berada dalam pipeline IPO.

Hingga Rabu (8/1/2023) kemarin, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah kedatangan 17 perusahaan tercatat atau emiten baru pada tahun ini saja. Sementara itu, terdapat lebih dari 30 perusahaan yang berda dalam pipeline IPO.

Momen IPO suatu perusahaan sendiri kerap dinanti oleh investor . Maklum saja, ketika investor membeli saham perusahaan dalam proses IPO, terdapat sejumlah potensi keuntungan yang bisa didapat.

Namun demikian, investor perlu lebih cermat dalam memilih saham IPO. Sebab, tidak sedikit saham yang setelah IPO justru terus menorehkan kinerja buruk dengan penurunan harga saham signifikan.

Oleh karenanya, terdapat sejumlah hal yang perlu diperhatikan investor ketika memilih IPO saham perusahaan.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, yang paling pertama, kenali model bisnis perusahaan yang diminati. Investor dapat mencermati model bisnis perusahaan yang diincar dan mempertimbangkan kinerja industri pada saat ini dan ke depan.

Investor juga dapat mempelajari kondisi keuangan perusahaan selama beberapa tahun terakhir. Investor bisa mencermati arus kas operasional, laba, hingga berbagai rasio keuangan lain dalam dokumen prospektus perusahaan.

Setelah melihat model bisnis dan kinerja keuangan perusahaan, investor dapat melihat tujuan penggunaan dana pelaksanaan IPO. Perusahaan dengan prospek model bisnis positif biasanya akan menggunakan dana yang diraup untuk melakukan ekspansi dan minim menggunakannya untuk membayar utang.

“Umumnya yang untuk membayar utang juga memperlihatkan kondisi perusahaan yang kesulitan pendanaan,” kata Praktisi Saham sekaligus Founder WH Project, William Hartanto, kepada Kompas.com, Rabu (8/2/2023).

Selain itu, William juga merekomendasikan kepada investor untuk mencermati saham yang ditawarkan kepada publik. Menurutnya, perusahaan yang menawarkan saham dengan rasio lebih dari 30 persen modal ditempatkan dan disetor tidak bagus, sebab likuiditasnya terlalu tinggi.

“Dan di saat bersamaan memberikan image perusahaan sedang kesulitan pendanaan sehingga melepas saham dalam jumlah besar,” ujarnya.

Pada intinya, agar dapat terhindar dari ‘jebakan IPO’ investor harus melakukan analisisnya sendiri terhadap perusahaan yang diminati. Dengan demikian, investor terhindar dari aksi ikut-ikutan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.