redaksiharian.comJakarta, CNBC IndonesiaTiga Indeks Utama Wall Street mengawali perdagangan di zona merah pada Selasa (6/6/2023) waktu New York. Pelaku pasar sepertinya tengah mengambil nafas setelah perdagangan akhir pekan lalu indeks berakhir menguat. Saat ini suku bunga The Fed masih menjadi topik utama yang patut dicermati.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka turun tipis 0,04% ke posisi 33.548,46 sementara S&P 500 melemah 0,12%ke 4.268,63, dan Nasdaq Composite juga mengalami koreksi 0,22% ke 13.200,65.

Imbal hasil Treasury AS sedikit turun pada hari ini karena investor merefleksikan perkembangan ekonomi baru-baru ini, termasuk krisis plafon utang, dan mempertimbangkan apa yang mungkin terjadi selanjutnya untuk perekonomian.

Ini juga termasuk apakah akan ada penurunan ekonomi dan apakah bank paling powerfull di dunia, The Fed akan menghentikan kampanye kenaikan suku bunganya saat pertemuan berikutnya pada 13-14 Juni.

Penasihat ekonomi kepala Allianz mencatat bahwa sementara utang besar dan ketakutan perbankan telah menghilang, apa yang terjadi selanjutnya bergantung pada target The Fed untuk menurunkan inflasi.

Terlepas dari pergerakan baru-baru ini, kekhawatiran tetap ada selama reli sempit pasar saham tahun 2023, dipimpin oleh hanya segelintir nama teknologi, dan apakah akan ada koreksi jangka menengah jika luasnya gagal membaik.

“Kami pikir selama ekonomi terus berjalan dan tidak menunjukkan tanda-tanda resesi yang sejauh ini belum pasar lainnya dapat mengejar ketinggalan, dan kita akan melihat beberapa sektor lainnya. tutup celahnya sedikit,” kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance.

Dalam kondisi saat ini, tentunya bukan itu yang diharapkan. Inflasi masih akan “mendarah daging”, suku bunga akan terus meninggi, dan sangat buruk untuk perekonomian yang bisa menciptakan wage-price spiral.

Dengan pasar tenaga kerja yang kuat, disertai dengan kenaikan upah yang tinggi, daya beli masyarakat akan terjaga. Kenaikan upah yang tinggi membuat beban perusahaan meningkat, yang pada akhirnya dibebankan ke masyarakat dengan menaikkan harga produk. Mengingat daya beli masyarakat masih kuat, inflasi pun terancam terus meningkat.

Maka dari itu, banyak yang melihat bahwa The Fed perlu menaikkan suku bunga lagi. Sejauh ini, pelaku pasar masih optimis bank sentral paling powerful di dunia tersebut tidak akan lagi menaikkan suku bunga pada pertengahan bulan nanti.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat probabilitas suku bunga bunga dinaikkan hanya 20%, sisanya yakin akan tetap sebesar 5% – 5,25%.

Sehingga jika The Fed kembali menaikkan suku bunga, pasar finansial terutama bursa Amerika Serikat ini tentunya bisa gonjang-ganjing lagi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com